Senin, 11 April 2011

10 RESEP SUKSES BANGSA JEPANG


10 RESEP SUKSES BANGSA JEPANG

Semoga dapat dijadikan pembelajaran dan kontemplasi yang positif.


1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika(1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepatadalah sesuatu yang boleh dikatakan "agak memalukan" di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk "yang tidak dibutuhkan" oleh perusahaan.




2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena "mengundurkan diri" bagi para pejabat(menteri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagalmenjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelekatau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senangmemilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur ditengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun normayang sudah menjadi kesepakatan umum.


3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap antikonsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempatterheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarketpada sekitar jam 19:30.Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwasupermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelumtutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.


4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertatadengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindahpekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampaipensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (corebusiness) perusahaan.


5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalammeracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony,patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasilmengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah AkioMorita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatatlebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan rodaempat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika.Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.


6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting danpantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang,bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepangmenyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besidan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia.

Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita. Rentetan bencanaterjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidakhabis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangunindustri otomotif danbahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup menakjubkanbagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masihmampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadikerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk CasseteTapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).


7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran.Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyakpenerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA.Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yangmembuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahanbuku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahanbuku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.




8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalubersifat individualistik.Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompoktersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya jugaseperti itu, mengerjakantugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalamkelompok mungkin salah satukekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa "1 orang professorJepang akan kalah dengan satuorang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisamengalahkan 10 orangprofessor Jepang yang berkelompok" . Musyawarah mufakat atau sering disebutdengan "rin-gi" adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam"rin-gi".


9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yangpaling gede sempatmerasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besarberisi pakaian ganti, bento(bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besarminuman yangmenggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawaperlengkapan sendiri, danbertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masukbangku kuliah hampirsebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temenseangkatan saya dulu di SaitamaUniversity mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupansehari-hari. Kalaupunkehabisan uang, mereka "meminjam" uang ke orang tua yang itu nanti merekakembalikan di bulan berikutnya.


10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangantradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada danhidup sampai saat ini.Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari andanaik sepeda di Jepangdan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malahyang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata "tidak" untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orangJepang karena "hai" belum tentu "ya" bagi orang Jepang.
Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah,tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yangdijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentiflain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salahsatu yang tertinggi di dunia.Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa saya rangkumkan. BangsaIndonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Saya yakin ada faktor "non-teknis" yang membuatIndonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untukberbagai permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.

TOO


TOO


We were
Much too young
Much too selfish
Much too blind
To make it

Much too wounded
Much too frightened
Much too hurt
To take it


Too much we said
When love seemed dead
To go on
And forget


Too little learned
From anger burned
Too much
We both regret

Yet there's been

Too much good
Too much love
For us
To walk away


Too much caring
Too much sharing
For us
Not to stay


Too much harm
To children's charms
To tear our home apart


Too much time
For nursery rhymes
To give away our hearts


Too much we've shared
With no one else
To go on and forget


Too many years
of drying tears
To do what we'd regret


Too many laughs when
thinking back
Remind me what is true
I find that I still love you
And I think you love me,
Too.


Jakarta, 22 Maret 2011 ' 00:39 wib

SULAMAN RINDU UNTUK BAGAS


SULAMAN RINDU UNTUK BAGAS

Kisah ini terjadi di bulan Agustus 2005 saat aku duduk di bangku SMA. Aku dan Bagas sangat menyukai Biologi, kami selalu mengeluarkan tawa yang berbegar jika sama-sama mendapatkan nilai tertinggi pada saat ujian Biologi. Dimana ada aku, pasti disana ada Bagas. Persahabatan kami bagaikan kesetiaan yang membekukan mimpi. Kami memang dekat, bahkan terlalu dekat untuk seorang teman, aku menjadikan Bagas sebagai sahabat sekaligus saudara laki-laki.

Beberapa teman di kelasku banyak yang menganggap aku dan Bagas berpacaran, tidak heran jika mereka berkata demikian, kami ini memang tak pernah bisa di pisahkan. Hanya waktu shalat yang memisahkan kami, ketika berkumadang adzan dzuhur, kami segera meluncur ke masjid untuk melaksanakan ibadah shalat. Aku ke bagian akhwat, dan Bagas ke bagian ikhwan.

Persahabatan kami saling mendukung. Aku dan Bagas aktif dalam sejumlah kegiatan ekstrakurikuler di sekolah seperti KIR (Karya Ilmiah Remaja), PMR (Palang Merah Remaja), ROHIS (Rohani Islam), VOGO (Vocal Group), dan Bahasa Jepang. Tak jarang kami selalu bertemu di antara kegiatan-kegiatan itu.
Tanggal 24 Agustus aku dan anggota PMR lainnya mengadakan kegiatan donor darah di sekolah. Kami bekerja sama dengan pihak PMI pusat. Banyak sekali guru-guru dan teman-teman yang mendonorkan darahnya dalam acara ini. Disini aku bertugas sebagai ketua pelaksana kegiatan donor darah, sedangkan Bagas sebagai humasnya. 

Di pertengahan kegiatan, Bagas meminta izin padaku untuk pulang ke rumahnya karena ada urusan mendadak, Ibunya jatuh sakit dan di bawa ke rumah sakit. Akhirnya Bagas pun pulang ke rumahnya dengan menaiki Kawasaki hijaunya.

Sampai acara selesai, Bagas tak kunjung kembali ke sekolah. Ku telpon ke handphone nya tetapi tak ada jawaban. Ku telpon ke rumahnya juga tak ada yang mengangkat. Kepanikan memenuhi kepalaku.
Waktu menunjukkan pukul dua siang, ada Kak Fitra (kakak kandung Bagas) datang ke sekolahku mengabarkan bahwa Bagas mengalami kecelakaan saat menuju ke rumah sakit untuk menengok keadaan ibunya. Dengan hati yang risau aku pun langsung menyusul ke rumah sakit bersama Kak Fitra. Rasa khawatirku membuncah, nafasku beku, kepalaku berat, perasaanku sungguh tak enak.
Sesampainya di rumah sakit, aku dan Kak Fitra langsung menuju UGD untuk melihat keadaan Bagas. Akan tetapi Bagas tidak ada disana, brankar tempat ia berbaring telah kosong. Aku bertanya pada perawat yang berjaga disana, dan perawat itu mengatakan bahwa Bagas telah dibawa ke ruang jenazah.

Astaghfirullahaladziim. Ya Allah, secepat itukah Engkau memanggil sahabatku. Sesampainya di kamar jenazah. Kulihat jasad-jasad kaku terbujur di tempat tidur ditutupi kain berwarna putih. Suara tangisan dari keluarga yang lain seperti seakan membelah bumi. Pas dipojok dinding, kulihat wajah yang tak asing lagi. Wajah yang dulu penuh pengertian padaku. Wajah yang dulu selalu tersenyum kepadaku. Wajah yang dulu penuh semangat padaku. Wajah itu adalah sahabatku Bagas.

Kudatangi perlahan jasadnya. Kupandangi wajahnya. “Ooohhhh…, aku tak sanggup. Hatiku menjerit. Tangisanku meledak. Tetapi kalau saja aku tidak ingat akan kebesaran Tuhan, aku pasti sudah bergabung dengan orang-orang yang meratapi kepergian keluarganya itu.
Aku berusaha tersenyum melihat wajah sahabatku. Kusapa ia dengan salam.kuucapkan do’a untuknya supaya ia mendapatkan ampunan dari Allah SWT dan tempat yang baik bersama dengan orang-orang mu’min lainnya.

Sahabat sekaligus saudaraku telah pergi, aku sadar itu. Aku harus mengikhlaskannya. Aku akan berusaha untuk selalu mengirimkan setangkai Al-Fatihah untuknya sehabis shalat fardu’. Bagas sahabatku, kami akan selalu merindukanmu.
                                                               

Sepatah Risau


Sepatah Risau

aku
memaksa rindu berbelok ke hulu
di peram gubuk luka
yang mengutuk waktu

aku
mendambamu dalam malam
bak sepai batu
yang mencumbu sunyi
                  
aku
bersarang risau
dan igau yang tak bertepi
dalam warna linggam belukar

aku
memekatkan sendu
dalam gemetar yang getar
menuai risau

aku
menyemah impian
di bawah mimbar langit
di hujani gemerlap bintang

aku
meyakinimu dawai ku
dengan ketulusan hati
dalam irama belati luka

aku
mengharap manis
dalam empedu yang teramat pahit
mencoba mendaur ulang takdir


Ditulis sore ini dari ceruk waktu
oleh Ayuu Feat Ayuu
Jakarta 26 Maret 2011 ; 20:35 WIB

Senyawa Pilu Juli 2006


Senyawa Pilu Juli 2006

            Aku sayang Ayahku. Rasa sayangku pada beliau bersepai di halaman cinta. Akan tetapi sepetak air mataku bergelombang dengan ringai ketika kejadian itu menimpa diriku dan keluargaku.
            Juli 2006 adalah bulan paling pelik dalam hidupku. Ayahku tersayang terbaring lemah di ICCU Rumah sakit Mitra International Jakarta Timur karena hipertensi akut yang di ikuti dengan penurunan kesadaran akibat pembuluh darah dalam otak pecah karena tekanan darah yang terlalu tinggi. Di hari itu, bertepatan dengan hari kelahiranku. Hari dimana aku membuka mata untuk melihat dunia yang fana ini.
            Esok harinya, aku harus mengikuti acara wisuda SMA ku di Acacia Hotel, Matraman. Hari yang paling bahagia ini yaitu hari dimana aku lulus Sekolah Menengah Atas, di hadiahi dengan terbaringnya Ayahku di Rumah sakit.
            Sementara itu aku sendiri memiliki masalah penyakit vertigo yang seringkali kambuh. Bundaku bimbang, apakah aku bisa hadir di acara wisudaku nanti dengan keadaan pelik seperti ini. Segalanya aku serahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Aku yakin akan kebesaran dan pertolongan Allah. Allah lebih dekat dari pada urat nadiku.
            Aku menguatkan diriku sendiri untuk hadir di acara wisuda tanpa Ayahku.Aku berdoa pada-NYA agar di berikan kesehatan padaku, dan di berikan kesembuhan pada Ayahku, di berikan ketenangan batin pada Bunda dan kakakku, dengan penuh tekad dan keberanian akhirnya aku hadir di acara wisudaku dengan Bundaku tersayang. Hatiku bahagia, karena aku dapat menyelesaikan sekolahku dengan baik dan dengan prestasi yang cukup memuaskan.

            Allah Maha Besar, dan Allah Maha Pemberi Kesabaran, satu minggu setelah wisuda Ayahku berpulang ke pangkuan Sang Khalik. Hatiku membatu, beku sekali rasanya melihat kejadian di depan mata ini. Matahari yang bersinar kini layaknya cahaya yang dibaham nestapa. Segulung tisu waktu menemaniku dalam kesepian dan kehilangan seorang Ayah. Kini aku harus sadar, dunia akan terus berputar dan masa depanku ada didepan. Aku harus berupaya keras dan menyemangati diri untuk tetap menjemput impianku.
            Alhamdulillah, hari – hari yang tumbang dan penuh kesedihan dapat terlewati dengan baik. Dalam hatiku ada Illah yang selalu menghangatkan qalbu. Aku berharap kami sekeluarga dapat dipertemukan kelak. Juli 2006, tiada bulan yang paling memilukan di banding engkau.