Kamis, 23 September 2010

Ya ALLAH,,, Sakiit Rasanya....

Ya ALLAH...

Aku ingin sekali mendengar suaranya malam ini,,, ya ALLAH,, perdengarkanlah aku dengan suaranya yang lembut dan menyenangkan hati....

Ya ALLAH,,

Kenapa kami selalu salah paham dan pengertian??
Sakiit rasanya Ya ALLAH,,,

Ya ALLAH,,

Berilah aku sedikit kesabaran untuk menunggu hari esok,, saat2 ia menjemputku bepergian,, saat2 ia menelponku dalam keadaan bahagia,, saat2 ia berkunjung kerumahku dan kami saling bercanda,,,

Ya ALLAH,,

Sakit rasanya bila diriku harus memendam rasa ini sendiri didalam dada...

Ya ALLAH,,

Janganlah kami dipertemukan kembali oleh kesalahpahaman diantara kami,,,
Berikanlah kami kebahagiaan sepeerti apa yg kami cita2kan kelak,, amiiiin T_T

Kisah Asal Usul Hajar Aswad



Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya membina Kaabah banyak kekurangan yang dialaminya. Pada mulanya Kaabah itu tidak ada bumbung dan pintu masuk. Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail bertungkus kumus untuk menjayakan pembinaannya dengan mengangkut batu dari berbagai gunung.
Dalam sebuah kisah disebutkan apabila pembinaan Kaabah itu selesai, ternyata Nabi Ibrahim masih merasakan kekurangan sebuah batu lagi untuk diletakkan di Kaabah.
Nabi Ibrahim berkata Nabi Ismail berkata, “Pergilah engkau mencari sebuah batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi manusia.”


Kemudian Nabi Ismail a.s pun pergi dari satu bukit ke satu bukit untuk mencari batu yang baik dan sesuai. Ketika Nabi Ismail a.s sedang mencari batu di sebuah bukit, tiba-tiba datang malaikat Jibril a.s memberikan sebuah batu yang cantik. Nabi Ismail dengan segera membawa batu itu kepada Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. merasa gembira melihat batu yang sungguh cantik itu, beliau menciumnya beberapa kali. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bertanya, “Dari mana kamu dapat batu ini?”

Nabi Ismail berkata, “Batu ini kuterima daripada yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril).”
Nabi Ibrahim mencium lagi batu itu dan diikuti oleh Nabi Ismail a.s. Sehingga sekarang Hajar Aswad itu dicium oleh orang-orang yang pergi ke Baitullah. Siapa saja yang bertawaf di Kaabah disunnahkan mencium Hajar Aswad. Beratus ribu kaum muslimin berebut ingin mencium Hajar Aswad itu, yang tidak mencium cukuplah dengan memberikan isyarat lambaian tangan saja.
Ada riwayat menyatakan bahwa dulunya batu Hajar Aswad itu putih bersih, tetapi akibat dicium oleh setiap orang yang datang menziarahi Kaabah, ia menjadi hitam seperti terdapat sekarang. Wallahu a’alam.

Apabila manusia mencium batu itu maka timbullah perasaan seolah-olah mencium ciuman Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ingatlah wahai saudara-saudaraku, Hajar Aswad itu merupakan tempat diperkenan doa. Bagi yang ada kelapangan, berdoalah di sana, Insya Allah doanya akan dikabulkan oleh Allah. Jagalah hati kita sewaktu mencium Hajar Aswad supaya tidak menyengutukan Allah, sebab tipu daya syaitan kuat di Tanah Suci Mekah.
Ingatlah kata-kata Khalifah Umar bin Al-Khattab apabila beliau mencium batu itu (Hajar Aswad) : “Aku tahu, sesungguhnya engkau hanyalah batu biasa. Andaikan aku tidak melihat Rasulullah S.A.W menciummu, sudah tentu aku tidak akan melakukan (mencium Hajar Aswad).”

Kisah Segelas Susu



Siang itu terasa terik sekali, Shandy menghentikan langkahnya dan berteduh pada sebuah pohon. Barang dagangannya belum ada yang terjual sama sekali, dia merasa lapar sekali padahal dikantongnya cuma ada uang lima ratus rupiah. Orang tuanya yang miskin tidak mampu membiayai Shandy sekolah namun tekadnya untuk belajar sangat tinggi sehingga setiap hari dia rela menelusuri jalan, keluar masuk komplek perumahan untuk berjualan dan hasilnya untuk membiayai sekolahnya.
Karena merasa sangat lapar akhirnya Shandy memutuskan untuk mengetuk pintu sebuah rumah dan berniat minta makanan tuk sekedar mengganjal perutnya, namun segera kehilangan keberaniannya ketika seorang gadis cantik telah membukakan pintu. Shandy tidak berani minta makanan, sedikit tergagap dia berkata, “boleh saya minta air minum”.


Gadis itu melihat bahwa si anak ini tampak kelaparan, gadis itu tersenyum lalu berkata, “tunggu sebentar”, dan tak lama kemudia gadis itu keluar dengan membawakannya segelas besar susu. Shandy pun meminumnya perlahan-lahan.

“Berapa harus kubayar segelas susu ini?” kata Shandy.

“Kau tidak harus membayar apa-apa,” jawab si gadis. “Namaku Melati, ibu melarangku menerima pembayaran atas kebaikan yang kulakukan.”

Shandy begitu terharu, dan berkata, “Bila demikian, ku ucapkan terima kasih.”

Shandy lalu meninggalkan rumah itu.
Ia tidak saja lebih kuat badannya, tapi keyakinannya kepada Allah dan kepercayaannya kepada sesama manusia menjadi semakin mantap. Sebelumnya ia telah merasa putus asa dan hendak menyerah pada nasib.

**************

Beberapa tahun kemudian Melati menderita sakit parah.

Para dokter setempat kebingungan sewaktu mendiagnosa penyakitnya. Mereka lalu mengirimnya ke kota besar dan mengundang beberapa dokter ahli untuk mempelajari penyakit langka si pasien. Dokter-dokter terbaik dipanggil ke ruang konsultasi untuk dimintai pendapat.

Ketika mendengar nama pasien dan kota asal si pasien, terlihat pancaran aneh dari mata salah seorang Dokter.
Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit dengan berpakaian dokter untuk menemui si pasien. Dokter itu segera mengenali wanita sakit itu. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk menyelamatkan nyawanya.

Sejak hari itu Dokter tersebut memberikan perhatian khusus pada kasus si pasien. Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien bisa disembuhkan. Dokter itu meminta kepada bagian keuangan agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan kepada si pasien.
Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantornya. Ia mengamati sejenak lalu menuliskan sesuatu di pinggirnya. Tagihan itu kemudian dikirimkan ke kamar pasien.

Si pasien takut membuka amplop nota tagihan karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya.

Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu :

Telah dibayar lunas dengan segelas susu
Tertanda
dr. Shandy

Air mata bahagia membanjiri mata si pasien. Ia berkata dalam hati,“Terima kasih Allah, cinta-Mu telah tersebar luas lewat hati dan tangan manusia.”

Munajat



Bismillaahirrahmaanirrahiim. Allaahumma shalli wasallim wabaarik ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammadi. Astaghfirullahal a’dzhiim wa atuubu ilaih.

Ya Allah, selamatkanlah kami semua dari semua dosa dan perbuatan kami sendiri. Selamatkanlah dari kehinaan dan permaluan. Selamatkanlah dari fitnah dunia dan segala apa yang membahayakannya.


Ya Allah, Engkau yang menahan sesuatu dan menjaganya. Engkau jugalah pemilik segala pertolongan yang kami-kami butuhkan. Semua beban kami, kesulitan kami, kesusahan kami, hanya Engkau yang mampu mengatasinya. Hanya Engkau ya Allah. Tidak ada selain Engkau yang mampu menolong kami. Tidak ada satupun pertolongan manusia bisa menolong kami jika Engkau tiada menghendakinya. Dan tidak ada satupun bahaya menimpa kami jika Engkau juga tiada mengizinkannya.

Ya Allah, terlalu kecil semua urusan kami buat-Mu. Bahkan semua urusan manusia jika dikumpulkan dan dihadapkan pada-Mu, juga teramat kecil. Tiadalah salah kami yang lemah ini bener-benar bergantung kepada-Mu. Jika ada dosa kami, maka ampunilah ya Allah. Jangan sampai dosa kami menyengsarakan kami dunia akhirat. Dan jika ada kebaikan dari diri kami, mudah-mudahan ia mencukupi buat diri kami mendapatkan rahmat-Mu. Wahai yang maha pengasih dan yang maha peyayang, sungguh kami sangat berhajat akan pertolongan-Mu.

Ya Allah, betapa kami-kami ini sudah menjadi hamba-Mu yang lalai dan lalai terus. Diberi sedikit nikmat saja, sudah lari kami menjauh dari diri-Mu. Adalah pantas jika kemudian kesusahan dan kesulitan kembali Engkau hidangkan di kehidupan kami. Ya Allah, kami pahami semua kesulitan kami adalah sebuah bentuk Kasih Sayang-Mu terhadap kami. Engkau tidak menghendaki kami susah di negeri yang kami tidak bisa lagi kembali. Engkau menghendaki kami bertaubat dan meniti jalan lagi kembali menuju diri-Mu.

Ya Allah, bimbinglah kami agar kami bisa menemukan mutiara di balik semua kesusahan kami. Penuhi hati kami dengan kesabaran, keikhlasan menjalani hidup, dan niatan yang kuat untuk memenuhi hidup kami dengan ibadah kepada-Mu.

Ya Allah, kepada siapa lagi kami mengadu jika bukan pada-Mu. Kepada siapa lagi kami bersandar jika bukan pada-Mu. Kepada siapa lagi kami berlindung dari segala ketakutan dan kegelisahan kami, jika bukan kepada-Mu. Tunjukkan segala jalan buat kami untuk mendapatkan ridha-Mu dan Pertolongan-Mu.

Ya Allah, sesiapa yang membaca doaku ini, lalu ia menambahinya dengan apa-apa yang menyesakkan dadanya, kabulkanlah. Sesiapa yang membaca doa ini, dan kemudian ia menambahi dengan apa yang memusingkannya, dan dengan apa yang menjadi hajatnya, kabulkanlah ya Allah. Engkau betul-betul Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang tidak mungkin bagi diri-Mu. Kekuasaan-Mu tiada berbatas dan tiada bertepi.

Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzhiem, washallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shohbihii ajma’iin, walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

Strategi Memetik Manfaat dari Buku


Mau tahu cara mengambil manfaat dari buku? Yup, bukan hanya buku, juga ebook, video, audio, seminar, pelatihan dan produk informasi lainnya. Bukankah kita sering mendengar perkataan “ebook sampah”, buku yang tidak bermanfaat, motivasi sesaat, dan perkataan-perkataan sejenisnya?

Seringkali yang menjadi masalah adalah bukan pada produk informasinya. Anda tidak akan pernah kaya dengan membaca buku “Think And Grow Rich“. Serius! Bob Proctor bisa kaya bukan dengan membaca buku tersebut, tetapi dengan mengaplikasikan buku tersebut.

“Tapi… terlalu banyak buku… pusing.”

Ini dia cara mengatasinya…


Sebelum saya membahas teknik mengambil manfaat dari produk informasi, bahkan informasi yang banyak sekali, saya mau membahas dulu beberapa penyakit yang sering menghambat.
Kurang motivasi belajar.

Tandanya:
Membaca hanya judulnya saja, bahkan untuk membaca artikel sekali pun.
Membaca sekilas dan hanya satu kali.
Terlalu cepat mengambil kesimpulan, dikiranya isi buku, padahal opini pribadi.
Tidak Berorientasi Tindakan

Yaitu, saat membaca hanya untuk membaca saja, bahkan membeli buku hanya untuk memenuhi rak. Membeli ebook hanya untuk memenuhi hardisk saja. Ingat… produk informasi hanya bermanfaat jika kita mengambil tindakan.
Tidak Bisa Mengelola Informasi

Sering ada yang mengatakan, terlalu banyak informasi… bingung. Masalahnya sebenarnya bukan pada banyaknya informasi. Coba pikirkan: kenapa orang lain tidak bingung? Kedua: informasi memang akan terus bertambah, apalagi sekarang jamannya informasi. Jika Anda mengeluh terlalu banyak informasi, Anda tidak cocok hidup dijaman ini.
Cara Memetik Manfaat dari Buku

Dari penyakit-penyakit diatas, kita bisa mengambil kesimpulan bagaimana cara memetik manfaat dari sebuah buku atau produk informasi.
Tingkatkan Motivasi Belajar Anda. Apa yang Anda baca, dengan, atau tonton insya Allah berguna. Tidak ada yang namanya “ah teori”. Teori itu berguna, sebab teori diambil dari pengalaman nyata.
Pikirkan: apa tindakan yang bisa saya lakukan? Pikiran ini harus menyertai Anda saat membaca, mendengar, atau menonton produk informasi. Saat ada ide: catat.
Kelola informasi supaya tidak membingungkan. Informasi akan membingungkan jika tidak dikelola dengan baik. Analoginya, Anda akan sulit mengambil sebuah berkas, jika arsip Anda tidak disimpan dengan tertarur. Begitu juga informasi yang ada di kepala Anda. Saya sudah membahas bagaimana cara mengelola informasi pada modul 7 Revolusi Waktu, silahkan pelajari dan aplikasikan, dijamin tidak ada lagi stres karena terlalu banyak informasi.
Ambil tindakan. Anda sudah paham, sudah punya ide-ide tindakan, dan ide-ide tersebut dikelola dengan baik, maka langkah selanjutnya ialah: mengambil tindakan.

Itulah keempat cara memetik manfaat dari buku.

Siapakah Dzulqarnain itu?


Kisah Dzulqarnain telah diterangkan dalam Al-Qur’an pada
Surat Al-Kahfi, tetapi Al-Qur’an tidak menerangkan siapakah
sebenarnya Dzulqarnain, siapakah orang-orang yang
didapatinya, dan dimana tempat terbenam dan terbitnya
matahari? Semua itu tidak diterangkan dalam Al-Qur’an secara
rinci dan jelas, baik mengenai nama maupun lokasinya, hal
ini mengandung hikmah dan hanya Allahlah yang mengetahui.

Tujuan dari kisah yang ada dalam Al-Qur’an, baik pada Surat
Al-Kahfi maupun lainnya, bukan sekadar memberi tahu hal-hal
yang berkaitan dengan sejarah dan kejadiannya, tetapi tujuan
utamanya ialah sebagai contoh dan pelajaran bagi manusia.
Sebagaimana Allah swt. dalam firman-Nya:

“Sesungguhnyapada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang berakal.” (Q.s.Yusuf: 111)

Kisah Dzulqarnain, mengandung contoh seorang raja saleh yang
diberi oleh Allah kekuasaan di bumi, yang meliputi Timur dan
Barat. Semua manusia dan penguasa negara tunduk atas
kekuasaannya, dia tetap pada pendiriannya sebagai seorang
yang saleh, taat dan bertakwa. Sebagaimana diterangkan di
bawah ini:

“Berkata Dzulqarnain, ‘Adapun orang yang menganiaya, maka
kelak Kami akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan
kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang
tiada taranya’.” (Q.s. Al-Kahfi: 87).

“Adapun orang yang beriman dan orang beramal saleh, maka
baginya pahala yang terbaik sebagai balasan …” (Q.s.
Al-Kahfi: 88).

Jadi, apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an, hanyalah
mengenai perginya Dzulqarnain ke arah terbenamnya matahari,
sehingga berada pada tempat yang paling jauh. Di situ
diterangkan bahwa dia telah melihat matahari seakan-akan
terbenam di mata air tersebut, saat terbenamnya. Sebenarnya,
matahari itu tidak terbenam di laut, tetapi hanya bagi
penglihatan kita saja yang seakan tampak matahari itu
terbenam (jatuh) ke laut. Padahal matahari itu terbit
menerangi wilayah (bangsa) lain.

Maksud dari ayat tersebut, bahwa Dzulqarnain telah sampai ke
tempat paling jauh, seperti halnya matahari terbenam di mata
air yang kotor (berlumpur) , yang disebutkan diatas. Begitu
juga maksud dari ayat tersebut, Dzulqarnain telah sampai di
tempat terjauh, yaitu terbitnya matahari dan sampai bertemu
pula dengan kaum Ya’juj dan Ma’juj.

Dalam keadaan demikian, Dzulqarnain tetap pada pendiriannya
semula, yaitu sebagai seorang raja yang adil dan kuat
imannya, yang tidak dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang
dikuasai dan kekuasaannya diperkuatnya dengan misalnya
membangun bendungan yang besar, yang terdiri dari
bahan-bahan besi dan sebagainya. Di dunia ini beliau selalu
berkata dan mengakui, bahwa segala yang diperolehnya sebagai
karunia dari Allah dan rahmat-Nya.

Firman Allah swt. dalam Al-Qur’an:

“Dzulqarnain berkata, ‘Ini (bendungan atau benteng) adalah
suatu rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah tiba janji
Tuhanku, Dia pun menjadikannya rata dengan bumi (hancur
lebur); dan janji Tuhanku itu adalah benar.” (Q.s. Al-Kahfi:
98).

Tujuan utama dari Al-Qur’an dalam uraian di atas ialah
sebagai contoh, dimana seorang raja saleh yang diberi
kekuasaan yang besar pada kesempatan yang luar biasa dan,
kekuasaannya mencakup ke seluruh penjuru dunia di sekitar
terbit dan terbenamnya matahari. Dalam keadaan demikian,
Dzulqarnain tetap dalam kesalehan dan istiqamahnya tidak
berubah.

Firman Allah swt.:

“Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan di bumi dan Kami
telah memberikan kepadanya (Dzulqarnain) jalan (untuk
mencapai) segala sesuatu.” (Q.s. Al-Kahfi: 84).

Mengenai rincian dari masalah tersebut tidak diterangkan
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, misalnya waktu, tempat dan
kaumnya, siapa sebenarnya mereka itu. Karena tidak ada
manfaatnya, maka sebaiknya kami berhenti pada hal-hal yang
diterangkan saja. Jika bermanfaat, tentu hal-hal itu
diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.

Kisah Dua Tukang Sol


Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.

Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.

Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.

“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan.

“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.

“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas.

“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”

“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.

“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.

“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.

“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.

Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.

“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”

Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.

Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,

“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”

Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,

“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”

“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.

“Abang yakin?”

“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.

“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap.

“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.

Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.

“Apa kabar mang Udin?”

“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.

Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,

“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”

“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.

“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.

Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,

“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?”

“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.

Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.

“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.

Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.

“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.

“Tidak.”

“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”

Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.

“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.

“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”

Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik.

Sahabat Wanita


Pada suatu hari, seorang wanita muda yang baru saja menikah mengunjungi ibunya di Bukit Timah. Mereka duduk di sebuah sofa dan menikmati segelas air teh dingin. Ketika mereka sedang berbincang-bincang mengenai kehidupan, pernikahan, tanggung jawab dalam hidup serta kewajiban, sang ibu dengan perlahan menaruh sebongkah es batu ke dalam gelasnya dan menatap wajah anak perempuannya. "Jangan lupakan sahabat-sahabat wanitamu." nasihatnya, sambil mengaduk-ngaduk daun teh di bawah gelasnya.

"Mereka akan menjadi orang yang penting bagimu ketika usiamu makin tua. Tidak peduli seberapa dalam kau mencintai suamimu, seberapa banyak anak-anak yang kau miliki, kau masih tetap harus memiliki sahabat wanita. Ingatlah untuk berjalan-jalan bersama mereka, melakukan hal bersama-sama dengan mereka. Dan ingat bahwa mereka bukan hanya sekedar sahabat wanitamu, tetapi mereka akan menjadi saudara, anak dan yang lainnya. Kau akan membutuhkan sosok wanita yang lain. Wanita selalu begitu."

"Sungguh nasihat yang aneh," pikir si wanita muda. "Bukankah aku baru saja menikah? Bukankah aku baru saja bergabung dalam dunia pasangan-pasangan muda? Sekarang saya adalah seorang istri, orang dewasa, bukan anak perempuan kecil yang memerlukan teman main perempuan lainnya! Tentu saja keluarga yang akan kami bina dapat membuat hidup saya lebih berarti."

Tetapi, ia mendengarkan nasihat ibunya; ia terus berhubungan dengan sahabat-sahabat wanitanya dan bertemu dengan semakin banyak sahabat setiap tahun.

Ketika tahun demi tahun berlalu, ia mulai merasakan betapa benar nasihat yang diberikan ibunya. Ketika waktu dan keadaan mengubah keberadaan mereka sebagai wanita dengan segala misterinya, sahabat-sahabat wanitanya tetap berada dalam kehidupannya. Setelah hidup selama 50 tahun dalam dunia ini, inilah fakta-fakta yang saya dapatkan dari memiliki sahabat wanita:

Sahabat wanita membawakan kau kari ayam dan menggosok kamar mandimu ketika kau membutuhkan pertolongan.

Sahabat wanita akan menjaga anak-anak dan rahasiamu.

Sahabat wanita akan memberikan nasihat ketika kau membutuhkannya. Kadang-kadang kau menerimanya, kadang-kadang tidak.

Sahabat wanita tidak selalu mengatakan apa yang kau lakukan benar, tetapi mereka biasanya bersikap jujur.

Sahabat wanita akan terus mengasihimu, meskipun ada perbedaan pendapat.

Sahabat wanita akan tertawa bersama-sama denganmu, dan lelucon kosong sama sekali tidak diperlukan hanya untuk sebuah tawa.

Sahabat wanita akan menarikmu dari kesulitan.

Sahabat wanita akan menolongmu keluar dari hubungan-hubungan yang buruk.

Sahabat wanita menolongmu mencarikan rumah tinggal yang baru, membantu mengepak barang dan pindah.

Sahabat wanita akan membuat sebuah pesta untuk anak-anakmu ketika mereka menikah atau memiliki anak, manapun yang lebih dulu terjadi.

Sahabat wanita akan selalu berada di sampingmu, dalam suka maupun duka.

Sahabat wanita akan menempuh badai, topan, panas, dan kegelapan untuk mengeluarkan kau dari keputusasaan.

Sahabat wanita akan mendengarkan ketika kau kehilangan pekerjaan atau seorang kawan.

Sahabat wanita akan mendengarkan ketika anak-anakmu mengecewakanmu.

Sahabat wanita akan mendengarkan ketika keadaan orang tua kita semakin memburuk.

Sahabat wanita akan menangis bersamamu ketika orang yang dikasihimu meninggal.

Sahabat wanita menghiburmu ketika kau dikecewakan oleh banyak pria di dalam kehidupanmu.

Sahabat wanita membantumu untuk bangkit kembali ketika pria kau cintai pergi meninggalkanmu.

Sahabat wanita senang ketika mereka melihatmu bahagia, dan bersedia mencari dan melemparkan apa yang tidak membuatmu bahagia.

Waktu berlalu.

Kehidupan berjalan.

Jarak memisahkan.

Anak-anak beranjak dewasa.

Cinta hilang dan pergi.

Hati yang hancur.

Karir berakhir.

Pekerjaan berganti.

Orang tua meninggal.

Rekan-rekan melupakan kebaikan.

Pria tidak menelpon ketika mereka berkata mereka akan melakukan sesuatu (misalnya saat berpindah ke lain hati).

TETAPI, sahabat-sahabat wanita akan terus mendampinginmu, meskipun waktu dan jarak yang terpaut sangat jauh. Seorang sahabat wanita tidak akan lebih jauh dari orang-orang yang membutuhkan. Ketika kau harus berjalan melewati lembah sendirian, sahabat wanitamu akan terus berjalan bersamamu di atas puncak lembah, menyusuri jarak bersamamu, menghiburmu, mendoakanmu, menarikmu, dan menanti dengan tangan terbuka di ujung lembah ketika perjalanan berakhir. Terkadang, mereka pun harus melanggar peraturan untuk dapat berjalan bersamamu. Atau bahkan menopangmu.

Anak, saudara, ibu, ipar perempuan, ibu mertua, bibi, keponakan, sepupu perempuan, keluarga jauh, dan para sahabat perempuan saya telah membuat kehidupan saya lebih berarti! Dunia tidak akan sama tanpa kehadiran mereka, dan begitu juga saya.

Ketika kita memulai petualangan kita sebagai wanita dewasa, kita tidak tahu tentang kesukacitaan atau kedukaan yang akan terjadi di depan. Atau seberapa jauh saya dan mereka akan saling membutuhkan. Tetapi saya tahu, saya masih tetap membutuhkan mereka setiap hari

Kasih Seorang Ibu




Tayangan ulang untuk hari Ibu - hasil karya mang Ucup tulen! Apakah Anda mengasihi Ibu Anda? Apakah Anda masih ingat betapa besar kasih sayangnya Ibu Anda?Bacalah artikel ini! Kasih seorang Ibu. Jalannya sudah ter-titih2, karena usianya sudah lebih dari 70 th, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal dirumah jompo, karena kehadirannya tidak di-inginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tsb. Ayah dari anak tsb minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya.


Disamping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yg belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yg hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahakannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya. Selain aib yg harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yg mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yg ia dapatkan hanya cemohan, karena telah melahirkan seorang bayi haram tanpa bapa.



Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yg didapatkannya dari Tuhan dimana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yg ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih. Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan diwaktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yg ia bisa dapatkan.



Terkadang ia harus menjahit s/d jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yg tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yg tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, disamping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.



Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yg seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yg tercinta, hanya yg terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian s/d makanan.



Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca diluaran sangat dingin sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi ternyata uang yg telah dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja.



Sejak saat tsb ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yg terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yg tercinta.



Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya diluar kota. Disana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yg bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.



Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak di undang, bahkan kehadirannya tidaklah di inginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yg tercinta. Sejak saat itu ber-th2 ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu.



Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dgn anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dgn menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya. Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja disana. Dirumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai bibi pembantu dari keluarga tsb. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah dikabulkan.



Dirumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinyada daripada dirinya sendiri. Disamping itu sering sekali di bentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya yg kecil dibelakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.



Setelah bekerja ber-th2 sebagai babu tanpa ada orang yg mengetahui siapa dirinya dirumah tsb, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yg setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo. Puluhan th ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dgn putri kesayangannya. Uang pension yg ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dgn pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.



Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yg ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Disamping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yg ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.



Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat dibawah nol dan salujupun turun dgn lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah lagi, karena diluaran sangat dingin, tetapi Nene tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi kerumah putrinya. Ia ingin betemu dgn putrinya sekali lagi yg terakhir kali. Dgn tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus ber-jam2 diluaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo tempat dimana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yg jauh dan tidak mudah bagi seorang nene tua yg berada dlm keadaan sakit.



Setiba dirumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata purtinya sendiri yg membukakan pintu rumah gedong dimana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yg diucapkan putrinya? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dgn ibunya? Tidak! Bahkan ia di tegor: "Kamu sudah bekerja dirumah kami puluhan th sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu dibelakang rumah!"



"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yg terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena diluaran dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!" kata wanita tua itu. "Maaf saya tidak ada waktu, disamping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucapan putrinya dgn nada kesal. Setelah itu pintu di tutup dgn keras. Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis. Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih belas kesianpun tidak ada.



Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon dirumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelpon kekantor polisi, sebab dihalte bus di depan ada seorang nene meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!" Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yg tercinta yg tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.



Ibu saya tidak melek komputer, bahkan beliau seorang wanita yg buta aksara, tetapi untuk mang Ucup pribadi beliau adalah wanita yg paling hebat, dimana s/d detik ini mang Ucup masih bisa belajar dari padanya. Belajar memberikan dan membagikan kasih tanpa pamrih dan tanpa lagas. Ibunya mang Ucup menderita sakit kanker, tetapi ia tidak pernah mengeluh. Tiap kali saya menelpon Ibu, pertanyaan standard selalu diajukan kepada saya: "Apa yg Ibu bisa bantu untukmu nak?" Ia tidak memohon untuk dirinya sendiri dlm doanya, yg ia utamakan selalu hanyalah kami anak2nya! Ia selalu mendoakan kami siang dan malam.



Maka dari itulah untuk mang Ucup, Ibu saya adalah wanita yg tercantik sejagat raya, melebihi daripada Michael Preifer walaupun ia barusan saja terpilih oleh majalah People sebagai wanita tercantik sedunia untuk th 1999. Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dgn penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga.



Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak2nya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun.



Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari2 tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja " sedangkan di hari2 lainnya tidak pernah mengingatnya, boro2 memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu. Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah.



Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan2? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dgn ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita? Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.



When Mother prayed, she found sweet rest, When Mother prayed, her soul was blest; Her heart and mind on Christ were stayed, And God was there when Mother prayed!



Our thanks, O God, for mothers Who show, by word and deed, Commitment to Thy will and plan And Thy commandments heed.



A thousand men may build a city, but it takes a mother to make a home.



Apabila Anda mengasihi Ibunda Anda sebarkanlah tulisan ini kepada rekan2 lainnya, agar mereka juga sadar selama Ibunda mereka masih hidup berikanlah bakti kasih Anda kepada Ibunda terkasih sebelumnya terlambat.