Selasa, 29 Maret 2011

Air Mata Menakung (puisi)

air mata menakung
senyum perih di tanam
aku menanak perih
melihatmu dengannya

air mata menakung
menadah kehilangan
memeluk pilu
merentas berhektar sunyi

air mata menakung
ketika kulihat dirimu
memotong waktu
meninggalkanku

air mata menakung
sehamparan malam
sepai-sepai kenangan
hilang dimakan arang

air mata menakung
bergelayut di pucuk mata
memanjat kesumat
di puncak hianat

air mata menakung
di anjung malam
hatiku berpesta pilu
kepedihan pun tergelak

air mata menakung
di ujung imaji
di sauh waktu
menggenggam jantung

air mata menakung
mereguk duka
karena kehilangan
dahan jiwaku


Ditulis dalam perjalanan sore ini dari ceruk waktu
oleh Ayuu Feat Ayuu
Jakarta 24 Maret 2011 ; 19:50 W

Sepatah Risau (puisi)

aku
memaksa rindu berbelok ke hulu
di peram gubuk luka
yang mengutuk waktu

aku
mendambamu dalam malam
bak sepai batu
yang mencumbu sunyi

aku
bersarang risau
dan igau yang tak bertepi
dalam warna linggam belukar

aku
memekatkan sendu
dalam gemetar yang getar
menuai risau

aku
menyemah impian
di bawah mimbar langit
di hujani gemerlap bintang

aku
meyakinimu dawai ku
dengan ketulusan hati
dalam irama belati luka

aku
mengharap manis
dalam empedu yang teramat pahit
mencoba mendaur ulang takdir


Ditulis sore ini dari ceruk waktu
oleh Ayuu Feat Ayuu
Jakarta 26 Maret 2011 ; 20:35 WIB

Rabu, 23 Maret 2011

MELATI (Sebuah Cerpen)

Aku sangat mencintai putriku. Melati adalah satu – satunya putriku dari pernikahanku dan Siti Sarah. Sejak menikah dengan wanita yang sangat lembut hatinya yaitu Sarah, kami sangat mendambakan seorang malaikat kecil yang dapat mewarnai bahtera rumah tangga kami. Alhamdulillah dengan seizin Allah aku dan isteriku dikaruniai bidadari syurga yang cantik dan kami beri nama Melati.
            Melati pun tumbuh besar dengan keceriaannya yang seringkali membuat kami gemas. Kini usianya sudah 9 tahun. Isteriku Sarah begitu sangat mencintai buah hati kami, begitu pula juga denganku. Tak pernah sedikitpun diantara kami melontarkan kata-kata kasar pada Melati.

            Sepulang bekerja dari Rumah sakit aku langsung pulang kerumah. Rinduku pada Melati menyeruak, ingin sekali memeluk bidadari kecilku ini. Kudengar suara tangis seseorang dari dalam. Kuperiksa kamar utama yang menjadi tempat tidur bersama isteriku Sarah. Tidak ada. Langsung aku menuju ke kamar anak kami satu – satunya, Melati. Benar saja, suara tangis itu berasal dari dalam kamarnya. Suara isak tangisan Melati sepertinya ditahan – tahan supaya tidak terlalu di dengar orang lain. Ternyata  bidadari kecilku sedang menangis di dalam kamar sambil memeluk Teddy bear kesayangannya.

            “Assalamu’alaikum sayang, sedang apa di dalam? Bolehkah ayah masuk?” kataku sambil mengetuk pelan pintu kamarnya.
            Tiba – tiba suara tangisannya menghilang.
            “Sayang bolehkah ayah masuk?” kataku pelan.

            Pintu-pun terbuka dengan Permata, anak semata wayangku, di depanku.
Wajahnya memerah dengan mata sembab dan berkaca-kaca. Rambutnya yang
hitam panjang sebahu tampak awut-awutan. Bajunya yang berwarna kuning dengan bunga – bunga kecil, basah oleh air mata dan keringatnya.

            “Lho kok…,kenapa bidadari Ayah menangis? Biasanya putri Ayah selalu ceria. Ada apa gerangan? Boleh Ayah tahu ada apa sayang?” kataku yang langsung berjongkok di depan Melati sambil memegang bahunya dan menyeka air matanya.

            Belum lagi Melati menjawab pertanyaanku, ia langsung saja menabrakku dengan pelukannya, lalu menangis kembali dan berkata, “Ibu jahat pada Melati.” Ibu jahat!”

            Kenapa Ibu jahat? Masa Ibu jahat sama Melati yang cantik dan baik hati.” kataku sambil mengangkat dan menggendongnya lalu menuju ke tempat tidurnya. Kuletakkan ia di kasur dan aku duduk di sampingnya. Ku elus-elus rambutnya yang halus. Kupancarkan senyuman kepadanya untuk mencoba meredakan tangisannya. Sedkit demi sedikit tangisannya mulai mereda dan akhirnya berhenti. Wajah Melati memancarkan rasa sedih karena barusan ia dimarahi oleh Ibunya, yaitu isteriku. Sebenarnya aku pun agak heran juga, karena tidak biasanya isteriku marah terhadap anak semata wayangnya ini. Biasanya ia sangat lembut dan penuh kasih sayang didalam mengurus Melati.

            “Ayah…Ibu kok jahat sama Melati? Tadi Melati dimarahi sama Ibu. Melati sedih, Ayah. Kenapa Ibu memarahi Melati seperti tadi?” kata Melati sambil mau menangis kembali.
            “Eee…,kok mau nangis lagi… Enggak apa-apa kok, Ibu tidak jahat sama Melati, kenapa memangnya Ibu sampai demikian sama Melati?”
            Buah hatiku terdiam sebentar. “Tadi Melati mendapatkan undangan dari sekolah untuk mengikuti pesantren kilat di SDIT Palembang, tetapi Ibu melarang Melati untuk ikut. Ibu jahat!”

            “Oo…, jadi itu penyebab Melati menangis seperti ini. Melati sayang, dengarkan ya Nak, Ibu tidak jahat padamu, Ibu hanya khawatir jika Melati harus mengikuti pesantren kilat di SDIT Palembang, karena jaraknya yang cukup jauh. Bayangkan saja, rumah kita ini sekarang ada di pulau Jawa ,sedangkan Palembang itu di pulau Sumatera, tak masalah jika Melati sudah besar, akan tetapi sekarang Melati baru 9 tahun dan Ibu serta Ayah tidak dapat mengantarmu kesana karena bekerja. Insya Allah lain waktu Melati dapat mengikuti acara pesantren kilat di tempat lain yang lebih terjangkau ya sayang.” kataku sambil mengelus rambut buah hatiku tersayang.

            Aku pun memeluknya, mencium keningnya sambil berdo’a di dalam hati, “Ya Allah…, ampunilah dosa – dosa kami, ampuni dosa – dosa kedua orang tua kami dan jadikanlah keturunan kami, anak-anak yang shaleh dan shalehah yang taat kepada perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu. Amiin.”


            “Iya Ayah…,Melati mengerti.”
            "Ayah…, Ayah…, kata Ibu Guru, di surga itu ada Bidadari ya?"
            "Iya, benar."
            "Apa Bidadari itu cantik, Ayah?"
            "Sangat cantik. Bahkan kecantikannya tiada tara."
            "Ayah…, apakah Melati kalau sudah besar nanti akan secantik bidadari?"

            Aku pun tersenyum. “Iya, kalau kamu besar nanti akan secantik bidadari. Karena kamu bagi Ayah dan Ibu, adalah bidadari yang menghiasi rumah ini.” Melati pun tersenyum. Terlihat gigi-giginya yang masih belum rapih.

            “Tapi Melati, kecantikan wajah itu tidaklah penting, yang terpenting adalah kecantikan hati, disini…, dihati.” Kataku menambahkan sambil menunjuk ke dadanya.
            “Iya, Ayah.”
            “Sudah ya, Ayah keluar dulu. Assalamu’alaikum sayang.”
            “Wa’alaikumsalam warohmatullah wabarrokatuh, Ayah.” kata Melati sambil mencium tangan kananku.
            Aku pun keluar dari dalam kamarnya.

            Memang terkadang di dalam rumah tangga apabila ada salah satu orang tua yang keras dalam mendidik anak – anaknya, maka harus ada orang tua yang bersikap lembut sebagai penyeimbangnya. Sehingga nantinya tidak akan menimbulkan suasana rumah tangga yang memanas, yang berdampak akan adanya tekanan mental yang berlebihan pada anggota keluarga. Kalau bisa, kedua orangtua haruslah bersikap lembut dalam mendidik anak – anaknya supaya tidak menurunkan sifat – sifat kasar dan pemarah pada anak-anaknya nanti.

***
            Di suatu minggu pagi.

            “Ayah, Melati pamit dulu ya. Nanti Melati kasih kabar kalau sudah sampai di rumah nenek lewat handphone Ibu, ya Bu ya…”
            “Iya, iya…,” kata isteriku. “Aku pamit juga ya Mas,” sembari mencium tangan kananku.
            Kami pun sambil berangkulan dan memberi salam.
            “Assalamu’alaikum.” kata isteri dan buah hatiku.

            Di hari minggu ini aku harus tetap bertugas di sebuah RSUD Budhi Asih, kebetulan aku adalah satu – satunya dokter bedah syaraf di Rumah sakit ini. Tak jarang hari minggu dan hari besar lainnya aku selalu berada di Rumah sakit yang berbeda. Aku ikhlaskan pekerjaanku ini untuk menafkahi anak dan isteriku tercinta semata-mata hanya untuk mendapatkan berkah dari Allah. Alhasil, aku bisa dikatakan jarang sekali bertamasya dengan si mungil Melati dan bidadari lembut Sarah, yaitu isteriku. Sarah, isteriku yang juga seorang dokter anak kubatasi untuk berdinas di satu Rumah sakit saja,agar lebih fokus menjaga buah hati kami. Berbeda denganku, setiap hari minggu isteriku dapat berlibur dengan si mungil Melati.

            Semua dokumen penting, jubah putih dokter  telah kupersiapkan tadi malam dan kutaruh di dalam mobil. Dengan bismillah, aku pun berangkat. Baru tiga puluh menit berlalu saat aku masih menikmati kemacetan di jalan raya,telepon gengganmku berbunyi.

            “Selamat pagi, Pak. Apa benar Bapak yang bernama Muhammad Fachri?”
            “Benar, Pak. Ini dari siapa ya?”
            “Kami dari kepolisian Satlantas Bandar Lampung, Pak. Kami ingin mengabarkan berita duka untuk Bapak.”
            “Degg!!!” Hatiku tersentak kaget. “Berita duka, Pak? Berita duka apa?
            “Sekarang di jalan tol menuju Bandung sedang terjadi kecelakaan beruntun, Pak. Setelah kami melakukan pemeriksaan terhadap para korban. Teridentifikasi bahwa ada keluarga Bapak ,yaitu isteri dan anak Bapak yang menjadi korban kecelakaan. Sekarang mereka telah dibawa ke Rumah SakitMitra Keluarga dan kini berada di ruang gawat darurat. Mungkin hanya itu yang dapat kami kabarkan kepada Bapak.”

            “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Allahu Akbar! Isteri dan anakku dalam keadaan kritis. Kendaraan mereka mengalami kecelakaan. Ya Allah…,masih adakah harapan untuk mereka?” kataku membatin. Cepat aku membanting setir untuk mencari jalan pintas menuju ke Rumah Sakit Mitra Keluarga. Tak kuhiraukan lagi semua rambu – rambu lalu lintas.Kunyalakan lampu depan mobil yang menandakan aku dalam keadaan terdesak waktu.

            Sesampainya di Rumah Sakit Mitra Keluarga. Setelah kutanya lewat bagian informasi dimana pasien yang baru datang dengan akibar kecelakaan di jalan tol dengan nama isteri dan anakku. Mereka menuju ke UGD. Kularikan diriku dengan cepat untuk sampai disana. Setelah kubuka pintu ittu, ramai sekali para dokter yang menangani korban. Kulihat dr. Rachman didepan pasien yang mengalami patah tulang. Kusapa dia, dia langsung tersentak kaget melihat isteri dan anakku menjadi salah satu korban kecelakaan beruntun itu. Dengan cepat dr.Rachman sahabatku ini langsung menangani isteri dan anakku. Aku pun seorang dokter, akan tetapi apa dayaku untuk menolong isteri dan anakku, tak kuasa aku melihat kedua bidadariku ini merasakan sakit yang amat sangat. Aku pun hanya menunggu di ruang tunggu bagai orang yang tak mengerti masalah medis sama sekali. Beberapa perawat mengambilkan air minum untuk menenangkanku. Dan aku segera menelpon keluargaku di Bandung.

            Tiba-tiba terdengar suara dokter Rachman.
            “Dokter Fachri…”
            “Ya dokter Rachman.”
            “Mari ikuti saya kedalam.” Ujar dokter Rachman dingin padaku sambil memapah bahuku agar kuat berjalan.
            Dibawanya aku ke ruang konsultasi dokter. Kemudian aku segera menanyakan keadaan anak dan isteriku pada sahabatku ini,dokter Rachman.

            “Dokter Rachman, bagaimana keadaan anak dan isteriku?” kataku pelan.
            “Hmmmm…” Dokter Rachman menarik dan menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Ia terlihat sangat hati-hati menatap ke arahku. Dokter Rachman adalah salah satu sahabat terbaikku. Ia adalah dokter spesialis penyakit dalam.

            “Dokter Fachri, maafkan kami. Kami tidak dapat menolong Ibu Sarah, sedangkan Melati sekarang dalam keadaan kritis. Kondisinya sekarang koma, banyak bagian tubuhnya yang remuk dan patah. Untuk saat ini, saya belum bisa berbuat apa-apa, hanya menunggu pertimbangan selanjutnya dari Melati. Sebagai sahabat sekaligus dokter yang profesional, saya sudah bersikeras berusaha menolong anak dan isterimu.” jelas dokter Rachman padaku.

            “Ya Allah…, Allahu Akbar! Innalillahi wa inna Ilaihi roji’un. Telah Engkau ambil isteriku tercinta dari sisiku, dan kini anakku dalamm keadaan kritis. Tidak bisa kubayangkan apa yang akan terjadi. Tubuhku merasa lemas semua. Keringat dingi bercucuran bak air mata. Mataku sedikit berkunang-kunang. Tetapi aku masih sadar. Dengan jalan yang bergontai, ditemani sahabatku dokter Rachman, aku menuju ke ruang jenazah. Pikiranku sedikit mengambang. Tetapi aku berusaha untuk terus sadar. Aku seorang dokter spesialis syaraf, tetapi aku tak bisa menyembuhkan isteriku. Hatiku menjerit dan berkobar.

            Sesampainya di kamar jenazah. Kulihat jasad-jasad kaku terbujur di tempat tidur ditutupi kain berwarna putih.suara tangisan dari keluarga yang lain seperti seakan membelah bumi. Pas dipojok dindng, kulihat wajah yang tak asing lagi. Wajah yang dulu penuh cinta padaku. Wajah yang dulu selalu tersenyum kepadaku. Wajah yang dulu penuh sabar mendampingiku disaat susah. Wajah yang dulu pernah bersamaku, berjanji menjalin ikatan suci di pelaminan. Wajah itu,wajah isteriku. Kudatangi perlahan jasadnya. Kupandangi wajahnya. “Ooohhhh…, aku tak sanggup. Hatiku menjerit. Tangisanku meledak. Tetapi kalau saja aku tidak ingat akan kebesaran Tuhan, aku pasti sudah bergabung dengan orang-orang yang meratapi kepergian keluarganya itu. Aku berusaha tersenyum melihat wajah isteriku.kusapa ia dengan salam.kuucapkan do’a untuknya supaya ia mendapatkan ampunan dari Allah SWT dan tempat yang baik bersama dengan orang-orang mu’min lainnya. Setelah itu kukecup keningnya. Kututupi wajahnya dengan kain putih. Dokter Rachman yang selalu mengawasiku dari samping ikut bercucuran air mata. Aku tahu ia pun merasakan duka yang kurasakan.

            Kembali aku menjuju ke ruangan gawat darurat untuk menengok bidadari mungilku, Melati. Datang serombongan keluargaku dan keluarga isteriku. Mereka memlukku satu persatu. Mencium pipi dan keningku dan berusaha menghiburku.

            “Melati sayang, ini Ayah Nak. Melati sayang, maafkan Ayahmu ini…, maafkan Ayah.” Kataku lirih dan tidak dapat meneruskan kata-kata.

            Yang kubisa hanya membelai rambut kepalanya yang sudah dicukur botak karena ada jahitan dokter Racman di kepalanya.
***

                Waktu menunjukkan pukul satu siang.

            “Ayaaaaah…”suara Melati pelan.
            Kami yang sudah duduk di kursi langsung berhamburan menghampiri Melati.
            “Iya sayang. Ayah tahu. Sabar ya Nak, Insya Allah, Allah akan menyembuhkanmu.
            “Ayaahhh… sakit.”
            “Ayahhhh… Ibu mana?”
            “Ayahhhh… Bidadari itu datang. Bidadari cantik itu datang.”
            “Ayahhhh…, bidadari itu melihat ke arahku, Ayah.”
            “Ayahhhh…, bidadari itu cantik sekali.”

            Aku dan keluargaku bingung tak bisa melihat apa-apa. “Ya Allah…, apakah ini yang dinamakan ajal dengan malaikat mautnya yang akan menjemput anakku?”

            “Ayahhhh…., bidadarinya mau mengajak Melati untuk jalan-jalan ke syurga.”
            Perlahan…., Melati mengucapkan kalimat “Allahu Akbar” dan sedikit demi sedikit menutup matanya. Kulit tubuhnya berangsur-angsur memucat, dingin. Sebuah senyuman manis terukir di bibirnya. Wajahnya ceria. Ia telah puas bertemu dengan bidadari yang sangat cantik dan diimpikannya untuk bertemu.

            Semua keluargaku menangis.

            Sore itu, langsung diadakan penyelenggaraan jenazah. Kedua bidadariku dimakamkan di sebidang tanah. Saat itu, suasana begitu teduh. Pepohonan yang rimbun menambah kesejukkan di sekitarnya. Harumnya bunga melati menusuk hidung mewangikan sekitarnya. Aku memandang ke arah sebidang tanah disamping makam anak dan isteriku. Disanalah aku akan berpulang kelak.

sekian

Senin, 07 Maret 2011

Aku Hanya Wanita Biasa

Kepadamu yang akan menjadi pendampingku kelak...

Terima kasih karena telah memilihku di antara ribuan bidadari di luar sana yang siap untuk kau pilih....

Padahal kau begitu tahu begitu tahu, aku hanya wanita biasa, yang sangat jauh dari sempurna.
Karenanya ku ingin kau tau,aku bukan wanita yang sempurna, aku begitu banyak kekurangan.

Maka ketahuilah...

Kepadamu yang akan memilihku kelak...

Aku tak sebijak bunda Khadijah, karenanya ku ingin kau tau,
aku bisa saja berbuat salah dan begitu membuatmu marah.
Maka ku mohon padamu, bijaklah dalam menghadapiku, jangan marah padaku,
nasihati aku dengan hikmah, karena bagiku kaulah pemimpinku, tak akan berani ku durhaka kepadamu...

Duhai kau yang yang telah memilihku kelak....

Ingatlah, tak selamanya aku dapat tampak cantik di matamu,
ada kalanya aku akan terlihat begitu kusam dan jelek.
Mungkin karena aku begitu sibuk berjibaku di dapur,
untuk menyiapkan makan untukmu dan malaikat-malaikat kita nanti -InsyaAllah-.
Maka, aku akan tampak kotor dan bau asap.
Atau karena seharian ku harus membenahi istana kecil kita,
agar kau dan malaikat kita dapat tinggal dengan nyaman dan sehat.

Maka mungkin aku tidak sempat berdandan untuk menyambutmu sepulang bekerja.
Ataukah kau akan menemukanku terkantuk-kantuk saat mendengar keluham dan ceritamu,
bukan karena aku tak suka menjadi tempatmu menumpahkan segala rasamu,
tapi semalam saat kau tertidur dengan nyenyak,
aku tak sedetikpun tertidur kerana harus menjaga malaikat kecil kita yang sedang rewel,
dan ku tau kau letih mengais rezeki untuk kami maka tak ingin ku mengusik sedikit pun lelapmu..
. Jadi jika esok pagi kau mendapatiku begitu letih dan ada lingkaran hitam di mataku,
maka tetaplah tersenyum padaku, karena kau adalah kekuatan ku...

Padamu yang menjadi nahkoda dalam hidupku kelak...

Ketahuilah, aku tak sesabar Fatimah, ada kalanya kau akan menemukanku begitu marah,
menangis dan tak terkontrol, bukan karena ku membangkang padamu, tapi aku hanya wanita biasa,
aku juga butuh tempat untuk menumpahkan beban di hatiku, tempat untuk melepaskan penatku,
dan mungkin saat itu aku tak menemukanmu, atau kau begitu sibuk dengan pekerjaanmu,
maka bersabarlah, yang ku butuhkan hanya belaianmu...
Karena bagiku kau adalah tetesan embun yang mampu memadam segala resahku...

Padamu yang menjadi imam dalam hidupku kelak...

Ketahuilah, aku tak secerdas Aisyah..
Maka jangan pernah bosan mengajariku, membimbingku ke arah-NYA..

Jangan segan membangunanku di sepertiga malam untuk bersamamu bermunajat pada Kekasih yang Maha Kasih..

Jangan letih mengingatkanku untk terus bersamamu mendulang pahala dalam amalan-amalan sunnah..

Bimbing tanganku ke Jannah-NYA agar kau dan aku tetap bersatu di dalamnya...

Padamu yang menjadi kekasih hati dan teman dalam hidupku...

Seiring berjalanya waktu,kau akan menemukan rambutku yang dulu hitam legam dan indah,
akan menipis dam memutih. Kulitku yang bersih akan mulai keriput. Tanganku yang halus akan menjadi kasar...
Dan kau tak akan menemukanku sebagai wanita cantik, yang kau khitbah puluhan tahun yang lalu...
Bukan wanita muda yang selalu menyenangkan matamu...
Maka jangan pernah berpaling dariku...
Karena satu yang tak pernah berubah, bahkan sejak dulu akan terus bertambah dan kian membuncah,
yaitu rasa cintaku padamu...

Ketahuilah... Tiap harinya, tiap jam, menit dan detiknya, telah aku lewati dengan selalu jatuh cinta padamu.
Maka cintailah aku karena-NYA, dengan apa adanya aku...
Jangan berharap aku menjadi wanita sempurna...
Maafkan aku karena aku bukan istri Nabi...

Aku hanya wanita biasa..........

Bunga yang Indah

Bunga yang kembang dan cantik itu jarang yang wangi... begitulah juga orang yang cantik; kebanyakannya jarang berbudi.

Apabila si gadis dipuji dengan kata-kata, "kamu ni cantiklah," maka akan menguntumlah sekuntum senyuman dibibirnya dan berbungalah hatinya. Tersipu-sipulah ia.

Ah... siapa yang tidak seronok bila dikatakan cantik dan menawan? Begitulah resam manusia,
seronok bila dipuji kecewa bila dikeji.

Tetapi lain halnya bagi si mukmin yang merasa dirinya miskin dengan Tuhannya.
Terasa kerdil tatkala berhadapan dengan pujian dan sanjungan manusia.
Wanita yang cantik selalu ditimpa 'perasan' kerana sedar dirinya punya kelebihan.

Kata orang, wanita cantik banyak mahunya. Diri rasa bangga, seisi dunia mahu digenggamnya.
Kalau ia seorang gadis dirinya sanggup menjadi tukaran dengan wang yang beribu.
Ada pula yang rela menjadi andartu. Hidup liar bak merpati, senang didekat dan ditangkap lari.

Jika dia seorang isteri yang sedar dan bangga dengan kecantikkannya maka suamilah yang menjadi mangsa.
Si suami selalu melutut dan kalah dengan kehendak dan karenahnya.
Lebih malang jika si suami pula suka akan kecantikan isterinya.
Ia menyayangi isteri atas dasar kecantikannya.

Jadilah laksana Nakhoda
Ke mana diarah di situlah perginya,
alangkah dayusnya dia.Si isteri yang cantik rupawan akan merajuk
dan meragam seandai kemahuannya tidak tercapai, mengugut,
merajuk hendak balik kampung atau minta cerai.

Alangkah indahnya jika si isteri tadi,
kecantikannya digunakan untuk meniup semangat jihad ke lubuk hati mujahidin. Ketahuilah, keutamaan dan nilai diri seorang wanita sama ada cantik atau tidak adalah pada akhlaknya.

Andai dia seorang isteri, ketaatannya pada suami adalah akhlak yang indah.
Wanita yang cantik tetapi tidak berbudi pekerti tinggi,
lebih-lebih lagi isteri yang cantik yang derhaka pada suami adalah ibarat bunga raya.
Cantik warnanya, harumnya tiada.

Sebaliknya wanita yang kurang cantik tetapi berakhlak mulia, taat suaminya,
sentiasa mencari keredhaan-Nya, ibarat bunga cempaka.
Tiada rupa tetapi harumnya memikat jiwa.

Antara bunga raya dan bunga cempaka pastilah cempaka diminati orang.

Kasihan si bunga raya, tidak dijual atau dipakai orang.
Ibarat gadis murahan yang mempertontonkan kecantikan.
Konon nanti ada yang berkenan tetapi tidak sedar diri jadi mainan.

Wanita yang kurang cantik pula jika tidak berakhlak akan meyakitkan hati dan mata.
Ibarat bunga yang tidak cantik tidak pula harum dan wangi.
Maka tiadalah apa-apa tarikan dan keindahan padanya.

Usah bangga dan usah pula risau akan paras rupa untuk merebut kasih sayang manusia.
Tetapi marilah berlumba-lumba untuk menjadi wanita yang bertaqwa dan berakhlak mulia.
Nescaya disayangi Allah serta makhluk-makhluk-Nya.

Seharusnya diri yang dikurniakan Allah dengan nikmat kecantikan sentiasa resah jiwanya.
Bukan kerana takut luput kurniaan itu dari dirinya.
Bukan jua kerana ada yang iri hati dan mahu menganiayai atau menandingi kejelitaannya.
Resah adalah kerana menghitung pahala-pahala yang tinggal akibat pujian dan sanjungan manusia yang bakal menjerumuskan dirinya ke jurang neraka.

Mengira-ngira bagaimana untuk meruntuhkan gunung mazmumah
(sikap negatif) akibat dari kecantikan diri yang dijulang bagaikan mahkota.
Apa lagi jika kecantikan itu hidangan setiap insan, cantik indah tetapi hina terdedah.
Menjadi mainan nafsu dan syaitan.

Bersyukur dengan segala nikmat Tuhan. Baik buruk,
cantik hodoh itu adalah pemberi-Nya.
Yang berwajah cantik atau hodoh sama-sama perlukan persediaan.
Akan tiba saatnya jua di mana yang berwajah cantik indah dikerumuni oleh cacing
dan ditimbusi tanah di liang lahad yang gelap lagi sunyi.

Tatkala itu bersandinglah manusia dengan kematian.
Apakah baru di kala itu mahu diucapkan nikmat iman dan Islam itulah sebesar-besar pemberian Tuhan? Baru sanggup berjuang, berkorban apa saja demi mendapatkannya?
Sebelum segala-galanya terlewat sama-samalah kita daki anak-anak tangga menuju ke puncak taubat.

Asal manusia dari setitis mani yang hina. Sehina itulah pula dirimu wahai wanita.
Kenangilah nasib diri di hari penghisaban. Segala pinjaman Tuhan itu,
untuk apa digunakan.
Lunakkan hati, tenangkan perasaan. Lihatlah ke seluruh penjuru alam.
Di mana saja mata menjurus di sana ada tanda keagungan Tuhan.

Dongakkan kepala ke langit biru, tundukkan wajah ke bumi yang hijau.
Saksikanlah kilauan mentari, percikan cahaya bulan dan bintang.
Langit yang dijadikan-Nya tidak bertiang, gunung-ganang tidak berpancang.
Usah terlena dibuai keindahan, sesungguhnya pada segalanya itu terkandung pengajaran

Bicara Hati seorang Wanita

Segala puji hanya bagiMu Ya Allah
Lantaran telah menjadikan daku – seorang wanita
Dicipta dari tulang rusuk kiri Adam
Dengan seindah dan sebaik ciptaan...

Daku…..Si tulang bengkok
Yang KAU gubah dengan kekuatan perasaan
Mengatasi panjangnya akal fikiran, sebagai fitrah dan anugerah
Hasil doa seorang lelaki
Namun Ya Allah
Biarlah kejadianku memberi guna, bengkok yang ada manfaatnya.

Kiranya daku menjadi seorang isteri
Kurniakanlah padaku kekuatan
Menjadi tulang belakang seorang suami, seorang mujahid
Pengembang perjuangan disayap kiri
Diadun dengan kelembutan
Menjadi teman sejati, sahabat setia, penyejuk mata,
pembina semangat dan penguat jiwa
Seanggun peribadi Saidatina Khadijah
Ketenangan baginda Rasulullah, utusan Allah...

Bebas jiwa dari belenggu keperempuanan
Yang memiliki sembilan nafsu
Merdeka dari kepentingan peribadi
Setulus Siti fatimah yang seringkali ditinggalkan suami, Saidina Ali
Dihantar pemergiannya tanpa bertanya “Bila kan pulang?
”Disambut kepulangannya dengan penuh khidmat dan kemanisan
Bersulamkan kemesraan...Rumah tangga adalah syurga
Wadah suburnya CINTA ketuhanan, Ubudiyyah
Akal yang tunggal tidak dibiarkan
Hanya berlega dicelahan periuk belanga
Di sebalik lipatan lampin anak
Menjangkau kebangkitan Islam di alam sejagat
Menjadi pentadbir di sebalik tabir!!!

Namun Ya Allah
Siapalah daku untuk memiliki
Watak wanita solehah pendamping nabi
Dak berkaratnya mazmumah yang bersarang dihati
Maka kurniakanlah daku
Sekeping hati yang sentiasa insaf
Hak seorang suami Tidak kan mungkin kupenuhi
Biar telah ku jilat nanahnya yang berlelehan
Biar telah ku tadahkan wajahku
Buat mengusap debu di telapak kakinya……

Dan sememangnya daku mengimpikan
Watak seorang ibu
Yang bakal melahirkan
Putera-putera secekal Musa’ab bin Umar
Menggadai dunia demi kasih Tuhannya
Segigih Zubair Ibnu Awwaam
Yang diangkat Rasul sebagai ‘hawarij’nya
Hasil didikan seorang wanita bergelar ibu
Jua Memiliki puteri setabah dan seteguh Masyitah
Rela direbus demi mempertahankan iman
Atau sesuci Maryam – seluruh hidupnya Mengabdikan diri kepada Allah

Meskipun daku bukan ibunya yang memiliki peribadi semurni Siti Fatimah
Ibu Syeikh Abdul Kadir Jailani
Yang tiap titis darah mampu berzikir ke hadrat Ilahi
Namun Mudah-mudahan zuriatku

Bakal menampilkan Mujahid-mujahid yang rindu memburu syahid
Srikandi-srikandi yang mampu memakmurkan muka bumi Allah
Dengan ketaqwaan, kesolehah, ramainya ummat Rasulullah
Yang saling redha berkorban dan dikorbankan
Buat menyemarakkan Islam di akhir zaman
Sebagaimana kisah seorang ibu yang telah kematian Putera-puteranya di medan jihad :
“Mereka telah berbahagia sebagaimana aku bahagia.

Aduhai,kiranya aku punya seorang anak lagi,Kurelakan dia turut gugur di jalan Ilahi!
”Dan seandainya daku ditaqdirkan kehilangan mereka
Setenang Ummu Faisal
Yang tidak menjadikan kematian suami dan anak-anaknya Halangan
Kecintaan padaMu Ya Ilahi....

Redhailah daku yang dhaif ini sebagai hamba
MuInilah pengaduan harap dan munajat
Kiranya KekasihMu sendiri pernah menyatakan
“ Kulihat kebanyakan dari isi neraka itu adalah wanita"
Kejujuran mencerminkan peribadi....
Ku Tetap menunggu Si Soleh yang memimpinku ke syurga..
ku Tetap tunggu..ku tetap tunggu...

Kaifa Haluk Ya Nafsy?

Kaifa Haluk Ya Nafsy?
Apa Kabar Wahai diriku?......

Apa Warnamu Hari ini??...
Sudah lama aku tak memperdulikan keadaan dirimu.

Masih kah dirimu seperti dahulu??...
Masih kah Allah menjadi kecintaan utamamu ??...
Masih kah nikmat Iman menyertaimu ??..

Apa Kabar Wahai Diriku ??...
Rindu rasanya aku ingin merasakan lezatnya saat melihatmu
menangis saat mengingat maksiat~maksiat yang mengiringi hari~harimu.

Apa Kabar Wahai Diriku ??....
Bagaimana amal~amal mu kemarin ??...
Apakah masih sama seperti hari ini ??...
Apakah kau menjadi diri yang puas dengan prestasi amalmu yang tak pernah meningkat ??...

Wahai Hatiku......
Bagaimana dengan mu??....
Apakah kau masih sibuk dengan impian~impian dunia dan melalaikan bekal akhiratmu ??...
Berapa banyak bahasa Allah yang kau baca hari ini ??...
Atau,
bahasa manusia menyempitkan perkataanmu hingga kau terlena ??...

Apa kabar Wahai Diriku ??....
Berapa amanah yang kau sia~sia kan hari ini ??...

Wahai Diriku....
Apa yang memberatkan langkahmu ??...
Apa yang menghalangimu untuk menambah imanmu ??....

Wahai Diriku.....
Betapa kau menjadi manusia yang angkuh...
Betapa dirimu selaku hanyut dalam tidur malammu
yang panjang tanpa pernah menemui Robb mu...

Wahai diriku.....
Yang tak sanggup melawan panasnya api dunia,
Apakah panasnya jahannam sanggup kau tahan,
wahai diriku ??....

Apa yang membuat hatimu begitu mudah di kotori ??.....
Apa yang membuat lidahmu begitu mudah menyakiti ??...
Apa yang menghalangimu untuk mendapatkan Cinta Allah ??....

Wahai Diriku.....
Cinta mana yang kau kejar ??

Wahai Diriku.......
Kebahagiaan mana yang kekal untukmu ??

Wahai Diriku yang egois...
Wahai Diriku yang penuh maksiat...
Wahai Diriku yang tak pernah bersyukur....
Wahai Jiwa yang tamak....
Tuhan mana yang kau kira memberimu Rizki ??

Wahai Diriku....
Surga Tuhan mana yang kau harapkan ??
Apa kau begitu memuja keindahan dunia yang fana...

Wahai Diriku....
Yang merasa "cantik" Nikmat mana yang telah kau syukuri ??...

Jawablah Wahai Diri...........

Jawablah Wahai Diri............

Semoga Bermanfaat,

Segala Perasaan itu Indah Jika...

…...…,•’``’•,•’``’•,
…...…’•,`’•,♥,•’`,•’
...……....`’•,,•’` ♥♪♫♥ ♥♪♫♥


Cinta itu indah..jika cinta itu kerana ALLAH..kerana cinta itu akan sampai kepada ALLAH dahulu, kemudian barulah kepada sesiapa sahaja yang kamu cintai..

Rindu itu indah…jika rindu itu kerana ALLAH…kerana rindu itu akan sampai kepada ALLAH dahulu, kemudian barulah kepada sesiapa sahaja yang kamu rindui…

Kegembiraan itu indah..jika gembira itu kerana ALLAH…kerana gembira itu akan sampai kepada ALLAH dahulu, kemudian barulah kepada apa sahaja yang membuat kamu gembira…

Sedih itu indah..jika sedih itu kerana ALLAH..kerana sedih itu akan sampai kepada ALLAH dahulu, kemudian barulah kepada apa sahaja yang membuat kamu sedih…

Bosan itu indah..jika bosan itu kerana ALLAH..kerana bosan itu akan sampai kepada ALLAH dahulu, kemudian barulah kepada apa sahaja yang kamu bosankan…

Kesibukan itu indah..jika sibuk itu kerana ALLAH..kerana kesibukan itu akan sampai kepada ALLAH dahulu, kemudian barulah kepada apa sahaja yang kamu sibukkan…

Sakit itu indah..jika sakit itu kerana ALLAH..kerana kesakitan itu akan sampai kepada ALLAH dahulu, kemudian barulah kepada apa sahaja yang menyakitkan kamu…

Benci itu indah..jika benci itu kerana ALLAH..kerana kebencian itu akan sampai kepada ALLAH dahulu, kemudian barulah kepada apa sahaja yang membuat kamu benci…

ღ♥ღ♡ღ♥ღ♡ღ♥ღ♡ღ♥ღ♡

___۩❉۩❉۩___۩❉۩❉۩
_۩❉_____۩❉❉۩_____❉۩
۩❉_________۩________❉۩
۩❉__________________❉۩
_۩❉____________█▓▒_▒▓█
__۩❉__________█▓▒♥_♥▒▓█
____۩❉_________█▓▒♥▒▓█
______۩❉__ * __❉█▓▒▓█
________۩❉__❉۩___█▓█
__________۩❉۩______█
___________ ۩ ,

ღ♥ღ♡ღ♥ღ♡ღ♥ღ♡ღ♥ღ♡


Kesusahan dan derita itu indah..jika ia kerana ALLAH..kerana derita dan kesusahan itu akan sampai kepada ALLAH dahulu, kemudian barulah kepada apa sahaja yang membuat kamu susah dan derita..

Maka, niatlah segala perasaan kita hanya untuk ALLAH..HANYA UNTUK MENDAPATKAN KEREDHAAN ALLAH...

JUJURLAH kepada ALLAH..atas segala yang menimpa kamu...atas segala yang diperbuatkan oleh kamu..
dan KEMBALIKANLAH SEGALA PERASAAN itu kepada ALLAH kembali..kerana ALLAH jua lah yang memberi segala perasaan itu..

Jika ia MEMBERI KEBAIKAN dan menghapuskan dosa-dosa untuk kamu, menyempunakan diri kamu di kemudian hari, maka REDHALAH dengan perasaan itu..mohonlah, berdoalah agar ALLAH perbaiki diri kamu...dan BERUSAHA lah untuk MUHASABAH diri..cari di mana KELALAIAN kamu selama ini...dan BERUSAHALAH memperbaiki diri...

Jika perasaan itu MENAMBAHKAN DOSA-DOSA kamu, maka MOHONLAH DIHILANGKAN ..hanya kerana takut akan MURKA, AZAB ALLAH di 'sana' nanti..

SERAHLAH DIRI kepada ALLAH..dalam APA sahaja yang berlaku kepada kamu..InsyaALLAH, ALLAH akan mengembalikan kembali perasaan-perasaan kamu itu mengikut apa yang TERBAIK untuk kamu…

Percayalah, ALLAH TIDAK PERNAH menyiksa kamu, kerana bukan itu tujuan kamu diciptakan..
ALLAH sentiasa merindui dan mencintai kamu, hamba-hambaNYA ,lebih dari segala manusia yang ada di muka bumi ini...

ALLAH memberi perasaan-perasaan itu untuk memberi 'isyarat' CINTA dan KASIH SAYANG NYA untuk kamu KEMBALI kepada NYA...kembali tenang HANYA jika BERSAMANYA...

JIka masih belum ketemui 'keindahan' itu, sekurang-kurangnya kamu mendapat REDHA ALLAH..kerana kamu MENGINGATI DIA dan BERNIAT HANYA KERANA DIA di setiap apa sahaja yang menimpa kamu...

Apakah yang lebih bernilai dari REDHA ALLAH? dari RAHMAT ALLAH? dari KETENANGAN daripada ALLAH? dari perasaan KEINDAHAN hanya dengan 'BERSAMA' ALLAH?

InsyaALLAH, kamu, kita semua akan ketemu ‘keindahan’ itu…jika kerana ALLAH...percayalah…

Amin Ya Rabbal Alamin..



✿ Prinsip ABC ✿
✩ A mbil yang baik
✩ B uang yang buruk
✩ C iptakan yang baru
Keep Istiqomah wa HAMASAH


Duhai Calon Imamku

Wahai kaum ADAM,

usah mengharapkan ketaatan,

binalah kepimpinan..usah mengharapkan wanita semulia Saidatina Fatimah Az-zahrah,,
andai peribadimu tidak sehebat saidina Ali Karamullah Wajhah..

Wahai kaum HAWA,akal setipis rambutmu,

kukuhkanlah dgn ilmu..Perasaan serapuh kaca,perkuatkanlah dgn iman..
Hati selembut sutera,hiasilah dgn peribadi..Romantis namun tidak kalis
Untukmu calon 'Imam'ku
yang tiada siapa mengenali termasuklah diri ini,
dirimu masih rahsia Penciptamu..rahasia yang telah ditentukan untukku,
yang perlu ku singkap dengan segunung taubat dan sepenuh kesungguhan sujudku,
cuma jambatan istikharah jua yang bisa merungkai rahasiaku ini....

Ketahuilah wahai mujahidku,Ketahuilah bahawa namamu tidak menjadi idamanku,
apa lagi untuk menatap wajahmu,Menggeletar diri ini apabila terfikirkan azab Allah,
justeru diri ini amat bersyukur,kerana masih tidak ditakdirkan sebarang pertemuan sedar antara kita,
ku bimbang andai terjadi pertemuan itu sebelum lafaz akad darimu,sungguh kita menempuh siksaan Allah.

Ya Allah .. lindungi kami...

Biar bertahun lama yang ku tunggu bukan dirimu,
tetapi yang ku tunggu adalah lafaz akad yang akan membimbing diri ini ke Jannah Allah,
Apalah artinya perasaan kasih yang bersemi untukmu suamiku andai maharnya
bukan kemampuanmu untuk mendidikku menjadi mujahidah yang mencintai DIA lebih dari segalanya...

Tiada yang lebih bahagia suamiku,
melainkan didikanmu yang akan membuatkan diri ini mencintai perjuangan menegakkan Deen ini,
berikan ku sepenuh kekuatanmu dalam mendidik iman ku,
agar syahidmu ku damba,berikanku segala kasihmu jua agar sujudku kan tegar padaNya
dalam memohon dikurniakan pada kita mujahid-mujahidah
yang akan menyambung perjuangan Islam para Nabi terdahulu.

Berikanku sepenuhnya sebahagian hati
yang kau sediakan untuk diriku agar sebahagian hati mu itu akan
menjadi inspirasi padaku untuk menghantar satu per satu mujahid kita ke medan jihad,
Mungkin kau hairan suamiku,
mengapa diri ini hanya mahukan sebahagian hatimu dan bukan sepenuhnya.
Suamiku,

hatimu itu milik robbul jaleel,dan ku pohon sebahagian itu sebagai semangatku wahai suamiku,
Dari awal lagi sudah ku didik hati ini,

bahwa dirimu suami ku bukan milikku dan juga mujahid-mujahidku itu bukan milikku..
kalian milik Allah,dan diriku hanya medan yang diciptakanNya
untuk menyambung generasi jihad dari rahim ini,

Wahai suamiku,diri ini sekarang,hanyalah dalam mujahadah mentarbiyyah jiwa
agar diriku bisa menjadi sayapmu mengenggam syahid.
Tersangatlah bimbang diri ini andai ku gagal mendidik hati,

kerana yang kuimpi seorang pejuang untuk menyambung jihad
yang terbentang dengan melahirkan para mujahid...
Wahai suamiku,
walau dimana jua dirimu dan siapa jua dirimu yang pasti bersama kita mendidik hati
mencintai SYAHID demi redha-NYA,sebagai hamba yang
menikmati kurniaan yang tidak terkira dari rafiul a'la,
bersamalah kita bersyukur,bersyukur dengan mencintai DIA,
lebih dari segala isi dunia dan dunia fana...

kerana hilang arti pada sebuah kehidupan andai cinta dari Allah tidak kita balas,
andai cinta sementara bisa melukakan hati sepatutnya hati-hati kita robek sudah
kerana gagal membalas segunung cinta dari DIA Maha Esa...

Semoga semuanya terjawab dalam sujud yang kita labuhkan demi redhaNya...
biarlah seribu malam berlalu tapi pastikan ianya berlalu
dengan alunan sendu dalam sujud kita diatas lembaran tahajjud dan istikharah...
InsyaAllah inilah pencarian kita...