Jumat, 01 Juli 2011

FLP bernyanyi denganku





/1/
Aku menulis senja jingga dalam hatimu
Huruf bernyanyi menggulung kata
Senja jingga hampir ditenggelamkan waktu
Forum Lingkar Pena Jakarta menyambutku

Aku menulis rembulan yang berkejaran dalam hatimu
Mengajak diksi membentuk bait demi bait
Merayu kepala untuk berfikir menguntai baris kata dengan Forum Lingkar Pena Jakarta
Kata telah merangkai menjadi kalimat
Kalimat pun bersahabat hingga membentuk sebuah paragraf

Kini tulisanku telah bermandikan alenia-alenia cantik
Kudapati bidadari mungil mengajariku bermain diksi
Memilin lembaran pemikiran hingga merajut sebuah lembaran-lembaran esai
/2/
Aku pun terus menulis
Hingga langit-langit melukis galaksi
Juga gemintang yang siap menaiki perahu malam
Dengan segala gemerlapan dan kasih sayang huruf-huruf mulia


Aku terus membaca dan menghasilkan karya
Hingga bumi menerbangkan aku menjemput tulisan di langit
Biarkan katak malam berbicara bersama dedaunan yang harum

/3/
Forum Lingkar Pena Jakarta
Mengukir tiap sejarah kebahagiaanku
Dan menerangi setiap alunan derap langkahku menyusul bukit yang terus meninggi
Dengan karya-karya fantastis yang menggelorakan rasa
Meniti tiap pelajaran bersama di anjung malam sunyi, sepi, dan penuh mutiara berkelip di langit
Hingga rembulan ikut terpana mendengar celotehan karya cerita mini milikku
Sungguh memukau katanya
Indah… itu yang gemintang katakana padaku
/4/
Bersama dengan keharuman nafas kata
Aku dan FLP merajut hati
Menegakkan tujuan hakiki yang peduli akan karya indah yang penuh makna dan syarat
Oooh, Forum Lingkar Pena Jakarta…
Tak terasa diriku telah tergiur cinta dan kasih
Yang kerap menuju sebuah prestasi setinggi awan yang melintas di pikiran
/5/
Kutandai malam dengan cerita hati juga kumpulan puisi
Yang terbentuk dari pengalaman hakiki bersamamu
Mempelajari diksi dan panorama kalimat hingga berani melontarkan bait
Sungguh memukau keberadaanku denganmu Forum Lingkar Pena Jakarta
Di sauh waktu aku tersenyum dan meniti kerinduan pada sekelompok sajak
Ya, itulah kebahagiaanku
Kebahagiaanku bersama denganmu saudaraku di Forum Lingkar Pena
Tertawa, merasa bersama dan bahagia berprestasi mengukir kesempatan emas dunia kepenulisan
/6/
Ada sebuah kado cantik untukmu
Yang akan kupersembahkan bersama keheningan malam
Juga para penyanyi alam yang setia
Siapa lagi jika bukan kesyahduan suara dedaunan di pagi hari
Kelembutan aroma hujan yang khas
Gemercik air sungai yang melintas di setiap sel syarafku

Forum Lingkar Pena Jakarta
Bersamamu aku maju untuk menggores tinta emas
Dengan mengolah metafora, personifikasi, alegori dalam naskahku
Engkau akan selalu di hatiku
Bersama menjunjung tinggi
Mengukir prestasi
Dengan sepetak harapan
Yang akan selalu terukir untuk membujuk tiap-tiap hati
Menggoreskan sajak bahagianya


Jakarta, 27 Juni 2011
Oleh : Ayuu Feat Ayuu

PROSES EDITING


PROSES EDITING


            Setelah selesai menuliskan naskah, maka selanjutnya kita melakukan proses pengeditan. Tujuannya adalah untuk menemukan kesalahan-kesalahan redaksional sebuah tulisan. Karena adakalanya ketika pikiran kita bergerak dan kita berusaha menangkap kemudian menuliskannya, adakalanya kita tidak bisa mengontrol sepenuhnya untuk tidak membuat kesalahan. Dan tidak jarang pada waktu mengetik, kita merasa kalimat yang kita bangun sepertinya sudah oke. Tetapi tulisan kita menjadi lebih sempurna dan tidak menimbulkan kebingungan akibat kesalahan dalam pengetikan atau pemilihan kata.

            Dan sebaiknya setiap kali akan mengirimkan kepada penerbit lakukan editing beberapa kali. Biasanya penulis melakukan editing sebanyak 3 kali sebelum dikirimkan ke sebuah penerbit. Lagi pula jika kita mengirimkan tulisan yang caruk maruk, banyak salah ketik, dan penataannya tidak baik, maka bagi penerbit kita dianggap seperti tidak serius. Kita tidak sungguh-sungguh
 Ingin membuat buku yang berkualitas melainkan hanya berspekulasi untuk bisa diterima penerbit.

Cara mengedit naskah sendiri
            Mengedit sebuah tulisan sendiri itu tidaklah mudah, ada cara-cara tertentu, yaitu sebagai berikut :
1.      Endapkan selama seminggu lebih.
Setelah novel selesai, ada baiknya kita mengendapkan novel selama seminggu, tanpa dilihat-lihat lagi sedikitpun. Tujuannya agar kita melihat naskah secara objektif, tanpa melihat sisi-sisi baik dari sudut pandang subjektif kita. Selain itu, tujuan dari mengendapkan novel selama seminggu untuk membuat emosi lebih tenang dan tidak terlalu terikat dengan pemikiran-pemikiran kita akan bentuk (hasil) dari novel yang kita buat.

2.      Editlah dengan kacamata pembaca.
Dalam mengedit sebuah naskah, tidak cukup tanda baca saja yang kita lakukan. Pembacaan dengan kacamata pembaca akan membuat kita lebih jernih dalam menilai naskah yang telah kita buat. Membaca dengan kacamata pembaca adalah membaca benar-benar dari sudut panjang, tanpa melibatkan ego pembenaran yang kita buat untuk mempertahankan tulisan. Ketika membaca tulisan kita, anggap tulisan kita itu adalah tulisan orang lain, yang kita bebas mengkritik dan menghakimi apa yang mereka buat. Dengan memperlakukan karya kita sama dengan karya penulis lain tanpa memandang bulu, kita sudah bisa menjadi pengedit yang benar-benar memiliki sudut pandang pembaca.

3.      Baca keseluruhan dahulu, baru mulai perlahan.
Ketika mengedit, ada baiknya kita membaca secara ulang keseluruhan secara cepat. Tujuannya untuk melihat apakah posisi alur sudah tepat di taruh pada tempatnya. Tidak ada salahnya mengubah alur menjadi maju mundur, tentunya selama tidak mengubah jalan cerita. Setelah membaca keseluruhan, bacalah perlahan setiap bab dan mulailah mengedit teknis (kurang huruf, tanda baca, dan lain-lain). Mengedit keterkaitan alur cerita satu dengan yang lainnya, mengedit konsistensi dialog pada setiap karakter, dan mengedit waktu-waktu yang dibutuhkan.

4.      Edit dalam keadaan fresh.
Mengedit itu butuh kejelian, keadaan yang fit tentunya akan menunjang ketelitian dalam menilai novel sendiri. Hindari mengedit dalam keadaan sakit, karena bila diteruskan, proses pengeditan tidak berjalan dengan maksimal. Yang ada malah banyak kesalahan di sana-sini.



            Jangan Biarkan Editor Mengubah Tulisanmu
            Seorang teman pernah menulis buku. Cukup tebal. Atas dasar isinya yang bagus, editor memutuskan untuk menerima. Selanjutnya editor menyerahkan kembali tulisan tersebut untuk diperbaiki penulisnya. Apa yang terjadi kemudian? Teman saya ini nyaris tak melakukan perubahan apa-apa. Sebaliknya, dia bersiap-siap menulis buku berikutnya. Alasan dia, "Kan ada editor. Nanti biar diperbaiki editor. Kalau naskahnya sudah bagus, editornya malah nggak punya kerjaan."
Saya begitu kagum pada teman saya ini. Dia begitu khawatir editor kehabisan pekerjaan sampai-sampai tulisannya tidak diurus oleh editor. Bukunya tidak jadi terbit karena editor tidak betah menggarap tulisannya. Editor selalu lebih tertarik mengemas tulisan lain yang lebih mudah dicerna.
Teman saya hanyalah satu dari sekian banyak penulis yang memiliki sikap mental menyedihkan. Sikap mental seperti ini membuat kita tidak bisa berkembang. Sebaik-baik racikan seorang editor, tetap akan lebih baik racikan asli penulis. Mengedit sangat berbeda dengan menulis.
Seorang penulis yang hebat pun bisa ngos-ngosan kalau harus memperbaiki tulisan yang amburadul. Energi yang dipakai untuk mengemas ulang tulisan yang membingungkan, jauh lebih banyak dibandingkan membuat satu buku yang menakjubkan. Itu sebabnya, di awal-awal perjalanan saya menulis, saya memancang satu tekad, "Saya harus menulis dengan sempurna, sehingga editor tidak perlu mengubah sedikit pun."
Tekad ini memacu saya untuk selalu memperbaiki kualitas tulisan. Buat saya tidak ada kata berhenti untuk belajar, tak terkecuali belajar menulis agar lebih baik lagi. Keberhasilan menulis buku-buku best seller, tidak berarti saya telah mencapai kesempurnaan. Buktinya, masih saja ada yang harus diubah oleh editor, misalnya karena menulis kata "yang" dua kali. Meski ada yang mengatakan kesalahan itu tidak begitu berarti, tetapi itu menunjukkan bahwa saya masih harus belajar agar editor tak perlu lagi menambahi atau mengurangi apapun dalam tulisan saya.

Strukturi naskah oleh editor
Salah satu hal yang terpenting ketika melakukan editing adalah strukturisasi naskah. Dan itu adalah hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang editor ketika memegang naskah mentah dari penulis. Jika kita beruntung bertemu dengan penulis yang sudah mempunyai kemampuan strukturisasi naskah yang baik tentunya pekerjaan kita akan menjadi lebih mudah. Tapi bagaimana jika kita bertemu dengan naskah yang strukturisasinya tidak jelas. Mana judul, subjudul, dan segala tetek bengek yang berkaitan dengannya. Sudahlah indahnya dunia ini jika sudah bertemu yang seperti itu.
Seringkali editor merasa gatal dan ingin langsung saja mengedit isinya. Padahal yang terpenting untuk dilihat adalah strukturisasi naskahnya. Karena ini penting, strukturisasi naskah yang baik akan memudahkan layouter untuk melayout naskah tersebut, dan jadinya mungkin akan lebih menarik. Jika tidak, percayalah, maksudnya editor ke mana, tapi nanti ditangkap sama layouter kemana. Jadi kita harus bersyukur jika punya layouter yang kritis dan suka baca, karena mau tidak mau dia akan mencereweti editor.
Menurut guru saya, sebelum mengedit hal yang wajib dilakukan pertama kali adalah baca pertama. Jangan mengedit tahan kegatalan mata dan tangan untuk segera memperbaiki naskah itu. Karena jika kita sudah berkutat pada hal-hal kecil dan renik-renik buku, gambaran besar buku akan terlewat. Nah gambaran besar itulah yang harus diambil ketika dilakukan baca pertama. Setelah itu, kita bisa melihat struktur naskah, apakah naskah itu perlu direstrukturisasi bab-babnya atau apa pun.
Sayangnya seringkali editor malas untuk menstrukturisasi naskahnya terutama untuk naskah-naskah nonfiksi sehingga yang ada jika di bawah editor ada copyeditor, dialah yang ketiban getahnya, lalu layouter yang kebingungan, ini naskah koq begini, mana judul mana subjudulnya. Terutama untuk jenis naskah tahapan. Percaya deh, itu indah banget, apalagi jika strukturisasi naskah dari penulisnya kacau.
Beberapa kali aku mengalaminya. Dan aku yakin buku pelajaran dan buku perguruan tinggi pastinya akan lebih ruwet lagi. oleh karena itu editor buku pelajaran dan teks menurut saya apresiasinya lebih tinggi daripada yang bukan buku pelajaran. Karena sistematisasi berpikir mereka lebih oke. Edtor buku umum cenderung lebih bebas cara berpikirnya. Tapi biarpun begitu, kemampuan strukturisasi adalah suatu hal wajib yang dimiliki seorang editor.

Titis dan tatas
            Menurut editor Sakti  Wibowo dalam membawakan materi di Forum Lingkar Pena Jakarta, dalam pengeditan naskah, penulis harus memperhatikan ketatasan dan ketitisan. Titis dan tatas dalam kepenulisan adalah :
1.      Titis adalah ketepatan dalam penggunaan kata dan keterhindaran dari mubazir.
2.      Tatas adalah efisien. Efisien sendiri itu yaitu tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu,),  mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat.
3.       
Tugas dan fungsi (peran) editor dan copy editor
Tugas/Jabatan
Para ahli dari Negara maju telah membuat kelompok editor sesuai tugas/jabatan dan kewenangannya, sebagai berikut.
·         Chief Editor, adalah kedudukan, tugas (jabatan tertinggi, tugasnya mengelola bidang editoral. Ia memberi tugas, mengorganisasi memberi keputusan dalam editorial.
·         Managing Editor, adalah pembantu chief editor yang tugasnya mengatur pelaksanaan teknis kegiatan editorial. Setiap editor yang tugas teknisnya berbeda­beda, dalam bidang editorial, dikoordinasi oleh Managing Editoria; agar dapat bersinergi positif.
·         Senior Editor, adalah pembantu chief editor yang tugasnya melakukan Substantive Editing (editing substansi) dan merencanakan semua pekerjaan editorial, mulai perencanaan dan perolehan naskah (naskah dam penulisnya,, negosiasi dengan penulis atau pialang naskah, dam pemerriksaan berkas naskah/kelengkapan naskah). Tugas/jabatan ini biasa disebut pula sebagai Acquisition Editor, yaitu editor yang memberi keputusan layak/tidak banyaknya naskah untuk diterbitkan.
·         Copy Editor, adalah editor yang melakukan tugas teknis berupa perbaikan dan pemeriksaan naskah sesuai kaidah yang berlaku. Pekerjaan editing (memeriksa dan memperbaiki naskah ini), meliputi kesalahan penulisan (data/fakta), kesalahan bahasa (ejaan, tanda baca, penawaran, dsb), dan konsistensi dalam penulisan. Ia harus dapat mewakili kepentingan penulis, penerbit, dan pembaca. Karya penulis menjadi maksimal, pembaca puas, dan penerbit sukses usahanya.
·          Right Editor, adalah editor yang melakukan tugas (urusan) tantang hak cipta, ISBN, KDT, dan atau penerbitan dengan pihak terkait.
·         Picture Editor, adalah editor yang melakukan tugas (urusan) tentang visual frafik, misalnya ilustrasi (lukisan, foto, table, diagram, dsb, meliputi bentuk, ukuran, dan warnanya), desain, seting, dan tata letak halaman sehingga hasil (terbitan) produksi cetak berkualitas baik.

E D I T O R
Memahami tata cara mandapatkan naskah, yaitu :
1.    Naskah datang sendiri ke penerbit (pengarang menawarkan ke penerbit)
2.    Naskah diperan oleh penerbit (penerbit memesan/menugasi pengarang atau penerbit memesan melalui jasa pialang naskah)
Memahami Teknis Administratip penerima, naskah yang masuk ke penerbit, yaitu :
1.     Fisik naskah dalam bentuk lembaran, sebaliknya tidak dijilid
2.     Naskah disimpan dalam map, ditulis judul (jilid sementara) naskah dan pengarangnya.
3.     Naskah dibuatkan “kartu naskah”, memuat penjelasan:
    - judul (judul sementara)
    - nama, alamat, telpon pengarang
    - tanggal penerimaan naskah
    - tanggal rencana pemberitahuan ke pengarang (tentang keputusan)
    - Status naskah, misalnya: disetujui, diterbitkan, sudah dibaca, sedang dibaca, belum dibaca.
4.     Menyimpan naskah ditempat tertentu, jelas diketahui oleh pihak yang berkaitan dengan naskah, dan terjaga keamanannya.
5.     Naskah dibuat dalam beberapa rangkap, biasanya tiga rangkap, sebagai antisipasi hilangnya lembar naskah selama proses penanganan naskah.
6.     Adanya petugas yang bertanggung jawab dalam penyimpanan naskah.
Memahami factor-faktor penentu untuk menilai (menimbang kelayakan naskah yang akan diterbitkan)
1.     Naskah yang masuk ke penerbit, harus melalui tahap Baca (baca pertama), biasanya oleh Editor Utama atau Direktur atau pokok ain yang ditunjuk penerbit. Dalam tahap baca ini, perlu dipertimbangkan juga efisiensi waktu, baik untuk kepentingan penerbit maupun pengarang.
    Naskah sesuai dengan kebijakan penerbitan bias diterima dan diproses lebih lanjut.
    Naskah tidak sesuai dengan kebijakan penerbitan segera dikembalikan ke pengarang/penulisannya. Merupakan sifat terpuji, bila penolakan ini secara sopan, apalagi sambil menyarankan untuk ditawarkan ke penerbit lain yang biasanya menerima jenis naskah tersebut.
2.     Meneliti beberapa factor penentu kelayakan ‘disetujui’, untuk diterbitkan, yaitu:
    -  Aktualitas isi karangan
    -  Bobot pengarang di masyarakat
    -  Otoritas pengarang mengenai materi yang ditulis
    -  Kelancaran penjualan buku yang telah diterbitkan sebelumnya.
    -  Sesuai/tidak sesuai dengan kebijakan penerbitan yang telah ditetapkan
    -  Tersedianya dana untuk investasi baru
    -  Perkiraan laju penjualan masa mendatang
Memahami kerjasama dengan rekan-rekan kerja dari bagian lainnya, misalnya : editor lain yang terkait, kepala bagian keuangan, kepala bagian produksi, kepala bagian penjualan, dan balikan dengan pihak lain diluar penerbit yang bias dijadikan mitra kerjasama untuk konsultasi.
Memahami 3 (tiga) aspek penting dalam kegiatan penerbitan, yaitu:
[1] Manfaat, [2] Biaya, dan [3] Komersialnya.

COPY EDITOR
1.     Melaksanakan penyuntingan naskah yang telah ‘disetujui’ untuk diterbitkan, sebagai keputusan dari tahap baca (baca pertama) naskah pada penilaian/ pertimbangan kelayakan.
2.     Melaksanakan penyuntingan naskah dan aspek materi, bahasa, dan gambar/ ilustrasi pada naskah tersebut yang dirasakan mengganggu kelancaran, kebijakan dan ketepatan naskah.
3.     Memahami tugas yang dilaksanakan terhadap naskah, agar pihak produksi (percetakan) cepat pekerjaannya dan pihak pembaca tertarik membaca, nyaman dalam membaca, dan tepat/benar bacaannya.