Senin, 11 April 2011

Valentine.. Nggak lagi dehh


“Farah, bangun nak sudah siang.” Teriak mamaku memanggil dari luar kamar.
            “Mamaaaaah, kok bangunin aku jam segini sih? Aduuuh aku udah telat nih, mana belum beli cokelat lagi buat Riko.” Ujarku seraya bangkit berdiri dari tempat tidur dan bergegas mandi.
            “Buat apa kamu beliin Riko cokelat?” Tanya mamaku.
            “Mama gimana sih, ini kan hari Valentine. Hari kasih sayang, jadi semua wajib menunjukkan rasa sayang sama melalui cokelat yang manis.”
            “Astgahfirullah Faraah! Kamu ini ada – ada saja. Yang namanya kasih saying itu ya setiap hari, kamu ini ikut-ikutan siapa sih?” ujar mamaku kesal.
            “Mama nanti aja bahasnya, aku lagi buru-buru nih.” Teriakku dari dalam kamar mandi.
            “Yasudah cepat ya, mama tunggu diruang makan.”
            Aku benar – benar kesiangan.
            “Hmmmm repot banget kalau buru – buru begini, mana sempat aku ke dapur cokelat dulu, lagipula apa sepagi ini sudah buka?” kataku sambil menuruni anak tangga langkah demi langkah menuju meja makan.
            “Farah, mama nggak setuju kalau kamu beliin cokelat buat Riko kalau alasannya untuk merayakan hari Valentine.”
            “Kok mama gitu sih? Mama kayak nggak pernah muda aja deh.” Ujarku cemberut.
            “Sayang, hari kasih sayang itu tidak hanya tanggal 14 Februari saja, itu adalah perayaan orang – orang nasrani. Coba kamu baca buku – buku agama milik papa, dan cari juga artikel di laptop kesayangan kamu tentang hari valentine, supaya kamu paham apa maksud dari perayaan itu. Kita sebagai umat muslim tidak boleh merayakannya.” Jelas mamaku.
            “Iya mama, biar nanti Farah baca semua buku – buku papa, trus Farah Tanya juga deh sama guru Agama islam disekolah. Farah berangkat dulu mama. Assalamu’alaikum.”
            “Ya hati-hati. Waalaikumsalam.”
            Aku berangkat kesekolah tanpa membawa cokelat valentine untuk  Riko. Sebenarnya aku juga sudah mengerti kalau hari Valentine itu bukan perayaan yang seharusnya dirayakan oleh orang muslim. Yang aku harapkan adalah cokelat dan setangkai mawar merah yang harumnya nggak hilang – hilang sampai 3minggu lamanya yang diberikan Riko padaku setiap tanggal 14 Februari. Maklum, aku hobi banget makan cokelat, dan tentunya bahagia sekali kalau mendapatkan mawar cantik dari Riko.
            “Farah, baru datang ya, aku punya sesuatu buat kamu, sengaja aku pesan dari Swiss loh.” Kata Riko dengan senangnya sambil memberikan satu kotak besar cokelat yang dibalut sampul kado berwarna pink.
            “Ini buat aku semuanya Rik?”
            “Iya ini buat kamu semuanya, ambil deh.”
            Aku langsung menjulurka tanganku kearah kotak besar berisi cokelat itu, tetapi Riko menahannya.
            “Eitsss, tapi ada syaratnya.”
            “Apa syaratnya?”
            “Ini cokelat khusus buat kamu, tapi jangan kamu salah artikan ya, ini bukan cokelat sembarang cokelat. Ini cokelat khusus buat kamu karena aku sayang dan pingin kita tetap bersahabat. Bukan cokelat Valentine seperti yang mereka rayakan itu.” Ujar Riko sambil tersenyum.
            “Oh, syukurlah. Sebenarnya aku juga mau bilang Rik, kalau kita sebagai orang muslim dilarang untuk merayakan valentine.”
            “Iya aku ngerti kok, yaudah dibawa deh cokelatnya, didalamnya juga ada mawar merah kesukaan kamu lho.” Tambah Riko.
            “Wah, senangnya. Makasih banyak ya Rik. Selain dapat cokelat, aku juga senang karena mulai saat ini kita nggak akan rayakan Valentine lagi.” Tambahku dengan tersenyum simpul pada Riko.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar