Senin, 17 Oktober 2011

MULUT yang Hebat Tahu Apa yang Ingin DIDENGAR TELINGA



telinga-dan-mulut

Kapan terakhir kali Anda “diceramahi” oleh bos Anda (bagi yang sudah bekerja) atau orang tua (bagi yang masih remaja) dan Anda hanya menatap orang itu, sementara pikiran Anda melayang ke tempat lain, dan tidak banyak “ceramah” yang masuk ke otak Anda? 

Tentu Anda melakukan hal tersebut karena “ceramah” yang diberikan (a) tidak menarik bagi Anda, (b) membuat Anda sebal, atau (c) tidak penting bagi Anda. Aturan tersebut juga berlaku dalam dunia public speaking. Jika Anda berbicara di depan umum, dan apa yang Anda bicarakan jatuh ke dalam kriteria “a-b-c” di atas, maka Anda hanya akan menjadi seorang “penceramah kosong” yang beruntung jika tidak ditinggalkan oleh pendengar. Artikel ini akan membahas bagaimana caranya menjadi pembicara yang hebat dengan mengetahui apa yang ingin diketahui oleh pendengar. (Artikel ini dibuat berdasarkan buku “Pond Life” yang ditulis oleh John Hammond, seorang ahli komunikasi bisnis di Inggris)


Pada dasarnya, manusia itu mahluk yang mudah bosan. Mereka hanya memperhatikan hal-hal yang menguntungkan bagi diri mereka (Moskowitz, 2005) atau hal-hal yang berbahaya agar bisa dihindari. Jadi, jika Anda sedang berada dalam posisi sebagai pembicara, pastikan Anda menjadi seseorang yang menguntungkan bagi mereka. Apa yang Anda bicarakan haruslah sesuatu yang dapat dimanfaatkan, karena kalau tidak, pendengar Anda akan merasa lebih baik mereka melakukan hal lain daripada mendengarkan Anda (dan kadang mereka melakukannya melalui Blackberry mereka).

Selain bermanfaat, pendengar Anda juga harus sadar akan manfaat dari pembicaraan Anda dan termotivasi untuk mendengarkan pembicaraan Anda. Kemungkinan besar pendengar tidak sadar akan manfaat dari pembicaraan Anda adalah karena terlalu banyak informasi yang tidak penting yang Anda berikan, sehingga inti dari pembicaraan tidak tertangkap (atau pendengar sudah terlanjur bosan). Alasan kenapa pendengar tidak termotivasi oleh pembicaraan Anda, adalah karena emosi mereka tidak tersulut saat mendengarkan kata-kata Anda, sehingga mereka tidak “tersambung” dengan apa yang Anda katakan. Mendengarkan orang lain itu susah saat Anda merasa bosan dengan orang tersebut.

Berikut adalah tips-tips bagaimana presentasi atau “ceramah” Anda terlihat penting, tidak membosankan, dan bebas dari kriteria “a-b-c” di atas:

1. Ketahui luar-dalam apa yang akan Anda bicarakan
Ada dua hal yang penting dari menjadi ahli dari hal yang akan Anda bicarakan. Pertama, Anda akan tahu hal mana yang penting bagi pendengar Anda dan apa yang Anda bicarakan akan mengalir dengan lancar. Yang Kedua, Anda akan lebih bersemangat dalam membicarakan hal tersebut, sehingga Anda akan terlihat jauh dari membosankan. Jon Hammond mengatakan bahwa pendengar yang sebenarnya tidak tertarik akan isu yang dibicarakan, bisa saja tetap memperhatikan jika pembicaranya memaparkan hal tersebut dengan penuh semangat.

2. Jangan egois, cari tahu apa yang PENTING bagi pendengar dan apa yang TIDAK PENTING
Jika Anda bukan dosen, dan apa yang Anda bicarakan tidak akan menjadi ujian, maka Anda tidak perlu “memuntahkan” semua yang Anda ketahui. Bayangkan Anda akan membeli sebuah mobil. Anda tentu tidak mau jika sales membicarakan hal-hal detail seperti komposisi karet dan karbon pada ban mobil tersebut, atau berapa banyak baut yang dipakai dalam mobil tersebut (kecuali jika hal itu penting bagi Anda). Anda hanya ingin tahu hal-hal yang berhubungan dengan Anda, seperti, berapa banyak liter bahan bakar yang dihabiskan untuk 100 kilometer (hemat atau tidak), apa saja fitur pengaman mobil tersebut, atau kapasitas mobil tersebut.

Begitu juga saat Anda melakukan presentasi. Pendengar Anda tidak perlu mengetahui apa yang Anda bicarakan secara detail. Cukup beritahukan apa yang menurut Anda mereka butuhkan. Jika ada hal penting bagi pendengar yang tidak Anda ikut sertakan, percayalah bahwa pendengar akan menanyakannya. Oleh karena itu, sebelum Anda mempersiapkan presentasi Anda, pikirkanlah, apa yang kira-kira ingin didengarkan oleh pendengar Anda? Hal apa yang bisa dilewatkan atau disebut secara lalu saja? Info apa yang berguna bagi pendengar Anda, dan info mana yang hanya memperumit pembicaraan? Apa kira-kira hal yang sudah diketahui pendengar (sehingga kalau Anda membicarakannya, akan membuat bosan)?

Kadang kita membuat presentasi menjadi panjang untuk mengisi waktu yang disediakan. Kita berbicara panjang lebar agar waktu yang diberikan digunakan dengan penuh, dengan harapan kita jadi terlihat pintar. Jika kita membuat presentasi berdasarkan “informasi yang penting”, pendengar akan merasa lebih mendapat manfaat walau presentasi Anda hanya memakan setengah dari waktu yang diberikan. Selain itu, membuat presentasi berdasar “informasi yang penting” akan membuat Anda terhindar dari kehabisan waktu bicara karena Anda terlalu “saklek” mengikuti alur presentasi (yang mana bagian penting biasanya Anda letakkan di bagian akhir).

3. Atur Alur Presentasi Anda dari yang Sederhana ke yang Rumit
Jangan mulai pembicaraan dari hal yang rumit. Kenapa ada orang yang tahan mendengarkan orang lain berbicara selama tiga jam adalah karena ia mengerti apa yang dibicarakan. Jika Anda akan menjelaskan sesuatu yang susah untuk dimengerti, mulailah dari hal-hal yang dapat dipahami oleh pendengar, lalu bergeraklah menuju pembicaraan yang semakin sulit.
Jangan gunakan jargon-jargon yang tidak dibutuhkan. Usahakan menggunakan bahasa seawam mungkin. Atau, jika hal tersebut memang harus dilakukan, beri penjelasan (singkat) terlebih dahulu.

4. Ingat Terus dan Hindari Kriteria “a-b-c”
Lihat kembali kriteria “a-b-c” di atas (tidak menarik-membuat sebal-tidak penting), dan hadapi dengan cara P2K (perhatian-perasaan-keuntungan) di bawah ini:

- Tarik perhatian: ajak pendengar berinteraksi dengan Anda dengan melemparkan pertanyaan ada mereka, berikan quotes-quotes atau peribahasa terkenal yang berhubungan dengan apa yang Anda bicarakan, berikan pertanyaan yang dijawab dengan “angkat tangan”, atau berikan contoh-ilustrasi yang berhubungan dengan apa yang Anda bicarakan.

- Sentuh perasaan: pendengar datang mendengarkan Anda karena ingin menyelesaikan masalah mereka. Maka, bahaslah masalah tersebut (misal, dalam presentasi tentang cara meningkatkan kinerja karyawan, sebutkan bahwa kemampuan tersebut pasti penting agar karyawan dapat terus bekerja DAN MENGHIDUPI KELUARGANYA). Cari tahu apa yang sedang dikhawatirkan pendengar, dan tunjukkan bagian mana dari presentasi Anda yang dapat membantu mereka. Dengan begitu, Anda dan pendengar akan membentuk ikatan yang natural dan kuat.

Selain itu, mainkan intonasi suara Anda. Berikan penekanan suara pada poin-poin pembicaraan yang penting, sehingga, Anda tidak terlihat seperti robot yang sedang berbicara.

- Beri keuntungan: ingat! Pendengar hanya akan memperhatikan apa yang menguntungkan bagi mereka. Maka, akan membantu jika Anda menjelaskan aplikasi dari apa yang Anda bicarakan.
Mari berikan apa yang dibutuhkan pendengar Anda.



Sumber:
Hammond, Jon. (2006). Pond Life: Creating the ‘Ripple Effect’in Everything You Say and Do. UK: Wiley.
Moskowitz, G. B. (2005). Social Cognition: Understanding Self and Others. New York: The Guilford Press.
Sumber Foto: http://www.flickr.com/photos/22826195@N02/2397485302/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar