Sang pujangga menulis cinta yang terhirup dalam air mata bintang
Dengan paragraf berkaca-kaca memancar pemikiran
Merintis garis khayal di sauh waktu yang nanar
Gempar dengan kalimat yang bermandikan paragraph
Sang Pujangga mengajak kata untuk merangkai sebilah bait
Dan mengajari para huruf bergelombang pada kertas
Melirik-lirik huruf vokal dan konsonan yang malu
Untuk bergabung dalam masyarakat yang bernama puisi
Sang pujangga datang dengan kebeningan rembulan
Yang memeluk kehangatan malam dibalik pepohonan
Hingga dedaunan bergoyang-goyang kerana kebingungan
Mendengar desahan pujangga yang bermandikan syair dan sajak
Coba dengarkan!
Sang pujangga harus memeluk kesepian dalam membuai sastra
Di kesunyian malam menjelang pagi ia bergelut dengan tulisan
Melakukan telepati kepada Tuhan agar diberikan limpahan pengetahuan
Sang pujangga yang berhati sebening kristal bahagia
Melihat deretan huruf vokal dan konsonan bersenda gurau
Dalam pacuan bait-bait asmara yang begitu aduhai indahnya
Bak purnama bermandikan cahaya malam keagungan
Sang pujangga menutupi kesedihan dan kerapuhannya
Kerana purnama akan tetap bersinar dalam kedaan duka
Layaknya pujangga yang galau akan kekejaman asmara
Pada dawai hati yang teriris dengan hunusan pedang kata
Aduhai pujangga…
Kau tampak sendirian dengan sebilah sayap yang terbang
Namun Sang pujangga tetap tegar dalam menghidupi huruf-hurufnya
Agar terus berkutat pada layar kehidupan
Oleh : Ayuu Feat Ayuu
Jakarta, 30 Mei 2011 ; Pukul. 13.39 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar